Paris (AFP/ANTARA) - Meluasnya penggunaan jejaring
sosial seperti Facebook (FB) dan Twitter memaksakan hukum Prancis untuk
melarang pengumuman pemilu putaran pertama pada hari Minggu.
Selama lebih dari 30 tahun, pemilih Perancis duduk di depan radio atau televisi setelah tempat pemungutan suara terakhir tutup pada 8:00 pm (1800 GMT) untuk mendengar prediksi hasil yang sangat akurat.
Ini didasarkan pada pemungutan suara yang sebenarnya yang telah dilakukan bukan jajak pendapat yang kemumgkinan bermasalah yang banyak digunakan di banyak negara demokrasi.
Kampanye resmi berakhir pada 21 April dengan kandidat dilarang membuat pernyataan publik dan tidak ada jajak pendapat yang boleh diterbitkan, untuk mencegah pendapat orang lain atau hasil sementara yang dapat menggoyahkan pemilih.
Tapi organisasi polling diberi berwenang untuk mengumumkan hasilnya saat suara selesai dihitung setelah TPS di pedesaan dan kota-kota kecil ditutup pukul 6:00. Kemudian mereka dapat mengumumkan prediksi perhitungan yang dilarang bagi media Prancis.
Hasilnya, tersedia sebelum 7:00, secara historis akurat dengan kesalahan kurang dari satu persen dan dirilis oleh media Prancis, terutama saluran televisi ketika warga Prancis berkumpul untuk menonton berita malam di 8:00.
Meskipun ilegal untuk mempublikasikan prediksi hasil di Prancis sebelum pukul 08:00, media asing, gerai francophone utama di negara tetangga Belgia dan Swiss, tidak terpengaruh dengan hal itu.
Tambahkan kecepatan Internet untuk persamaan, bersama dengan 23 juta orang Prancis penggguna FB dan tiga juta pengguna Twitter, hukum yang melarang prediksi hasil sebelum pukul 08:00 tampaknya tidak bisa dijalankan.
Media Prancis yang dihubungi oleh AFP, termasuk media penyiaran utama, surat kabar dan majalah, mengatakan bahwa mereka akan mematuhi aturan itu.
"Orang bisa mengkritik hukum tapi kami akan menghormati itu selama kami media yang berbasis di Perancis," kata seorang wartawan yang tidak disebutkan namanya di situs surat kabar konservatif Le Figaro kepada AFP.
Namun demikian, banyak media yang siap untuk merevisi posisi mereka jika media Prancis lainnya mematahkan embargo.(nn/ml)