Friday, December 30, 2011

CFBDSIR 1458+10, Pasangan Katai Coklat Terdingin

Seperti apakah bintang yang sangat dingin? Apakah bintang yang sangat dingin itu sedingin bayangan manusia ataukah sesungguhnya masih “cukup” panas? Pengamatan dengan menggunakan teleskop Teleskop 10-meter Keck II dan Teleskop 3,6 meter Canada-France-Hawaii di Mauna Kea, Hawai‘i, serta Very Large Telescope (VLT) milik ESO di Chille berhasil melihat kandidat baru dari bintang katai coklat paling dingin.


Ilustrasi pasangan katai coklat CFBDSIR 1458+10. Kredit : ESO/L. Calçada


Bintang katai coklat sering disebut juga bintang gagal, karena bintang yang satu ini tidak memiliki massa yang cukup supaya gravitasi dapat memicu terjadinya reaksi nuklir di bintang. Dengan kata lain si bintang katai coklat tidak memiliki pembakaran di dalam dirinya untuk menjadi sebuah bintang namun ia pun bukan planet.

Bintang katai coklat juga merupakan “tautan yang hilang” antara planet gas raksasa seperti Jupiter dan bintang katai merah, yang merupakan bintang terkecil dengan massa paling rendah dari Bintang. Bintang katai coklat pertama ditemukan di tahun 1995 yakni Gliese 229B, dan sampai saat ini sudah ratusan yang ditemukan

Dengan massa, luminositas dan temperatur yang sedemikian rendah, bintang katai coklat bertindak sebagai laboratorium pengetahuan untuk dapat memahami planet gas panas maupun proses pembentukan bintang yang berakhir dini. dalam penggolongan katai coklat, saat ini katai T merupakan bintang katai coklat dengan temperatur terendah berkisar antara 600 – 1400 K, didominasi oleh molekul air dan metana dan memiliki proses atmosferik seperti Jupiter.  Kemiripan inilah yang mendorong para peneliti untuk terus mencari obyek yang lebih ekstrim lagi, terutama untuk mengisi gap / kekosongan antara katai T dan planet gas raksasa.
Tampaknya gap itu bisa terisi dengan jenis katai coklat yang baru saja ditemukan oleh Michael Liu dkk.

Bintang katai coklat yang ditemukan melalui pengamatan 3 teleskop tersebut berada 75  tahun cahaya dari bumi dan yang lebih menarik obyek tersebut merupakan pasangan bintang ganda.  Pasangan bintang ganda inilah yang menjadi kandidat bintang katai coklat terdingin, dengan temperatur hampir sama dengan secangkir teh panas yang baru dibuat. Temperatur seperti ini mungkin panas bagi manusia, tapi tidak untuk bintang. Ini adalah temperatur yang luar biasa dingin bagi sebuah bintang.

Penemuan Bintang Katai Coklat Ganda CFBDSIR 1458+10

Saat menemukan pasangan katai coklat CFBDSIR 1458+10, Michael Liu dkk cukup terkejut karena obyek tersebut memiliki temperatur yang sangat rendah. Dan mereka semakin terkejut ketika mengetahui kalau bintang katai coklat tersebut merupakan pasangan bintang katai coklat ganda yang memiliki pasangan lebih dingin lagi.

Pasangan bintang CFBDSIR 1458+10 terdiri dari CFBDSIR 1458+10A dan CFBDSIR 1458+10B, dengan bintang B lebih redup dari A. Keduanya mengorbit satu sama lain dengan jarak sekitar 3 kali jarak Matahari-Bumi (150 juta km) dalam periode 30 tahun.

Bintang katai coklat CFBDSIR 1458+10B yang lebih redup ternyata memiliki temperatur ~100º – 150º Celsius.  Obyek ini cukup dingin untuk mulai melintasi garis kabur yang menjadi batas antara bintang kecil yang dingin dan planet besar yang panas. Tak hanya itu, keberadaan pasangan CFBDSIR 1458+10 memicu pertanyaan baru, apakah dibutuhkan sebuah penggolongan kelas spektrum baru yang disebut kelas spektrum Y bagi katai coklat tipe ini.

Tak hanya itu, dengan temperatur yang demikian rendah, CFBDSIR 1458+10B diperkirakan memiliki properti yang berbeda dari bintang katai coklat yang sudah dikenal saat ini dan justru memiliki kemiripan dengan planet gas raksasa. Bahkan diyakini CFBDSIR 1458+10B memiliki awan air di atmosfernya.

Pasangan unik CFBDSIR 1458+10 pertama kali ditemukan sebagai pasangan ganda dengan menggunakan Sistem Laser Guide Star (LGS) Adaptive Optics pada teleskop Keck II Telescope di Hawaii. Setelah itu penentuan jarak pasangan tersebut dilakukan dengan menggunakan kamera inframerah yang dipasang pada teleskop Canada–France–Hawaii, di Hawaii. Dan akhirnya VLT milik ESo digunakan untuk mempelajari spektrum inframerah obyek dan pengukuran temperatur obyek.

Pencarian obyek dingin sudah menjadi topik yang aktif di astronomi. Teleskop ruang angkasa Spitzer juga baru-baru ini mengidentifikasi 2 obyek yang sangat redup dan bisa jadi menjadi pesaing bintang katai coklat paling dingin meskipun temperaturnya belum benar-benar dihitung. Masih dibutuhkan juga pengamatan lanjutan bagi CFBDSIR 1458+10B agar dapat diketahui properti dan karakteristiknya untuk dipelajari lebih lanjut.

sumber: langitselatan.com

Wednesday, December 21, 2011

Planet Baru Di Pastikan Memiliki Air

GJ1214b,



GJ1214b,kelas planet baru yang ditemukan pertama kali pada 2009 diketahui memiliki air, dan para ilmuwan menjulukinya sebagai ‘Waterworld’. Planet tersebut beratmosfir tebal, beruap, dan sangat panas. Ukurannya lebih kecil dari Uranus tapi lebih besar dari Bumi.

Zachory Berta dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) beserta rekan-rekannya melihat keberadaan ‘Waterworld’ dengan teleskop Hubble milik NASA. “GJ1214b tidak seperti planet yang kita ketahui selama ini,” kata Zachory. “Planet ini punya banyak air.”

Para ilmuwan memperkirakan diameter ‘Waterworld’ mencapai 2,7 kali diameter Bumi dan bobotnya hampir tujuh kalinya. Tidak seperti Bumi yang mengorbit pada matahari sekali setahun, ‘Waterworld’ mengorbit pada bintang red-dwarf setiap 38 jam. Planet GJ1214b berjarak 1,3 juta mil (sekitar dua juta km) dari bintang red-dwarf, yang artinya temperaturnya sangat panas yaitu nyaris mencapai 450 derajat Fahrenheit (sekitar 232 derajat celsius).
Penemuan ‘Waterworld’ merupakan hasil dari MEarth Project yang dikepalai oleh David Charbonneau dari CfA. David dan timnya pertama kali menyampaikan hasil studi berjudul “A super-Earth transiting a nearby low-mass star” pada 2009.
Pada 2010, ilmuwan CfA Jacob Bead dan rekan-rekannya menyatakan bahwa mereka telah meneliti atmosfer ‘Waterworld’, dan melaporkan bahwa planet tersebut kemungkinan terbuat dari air. Akan tetapi ada kemungkinan lain –yaitu planet tersebut berselubung kabut, seperti yang menyelubungi bulan milik Saturnus, Titan.
Untuk memastikannya, Zachory dan rekan-rekannya menggunakan Wild Field Camera 3 (WFC3) dari teleskop Hubble untuk mengamati planet saat melintas di depan bintangnya. Cahaya bintang difilter melalui atmosfer planet, sehingga memberi petunjuk terkait komposisi gas yang dimilikinya.
Para ilmuwan lebih condong dengan pernyataan bahwa atmosfir planet tersebut dipadati uap air, bukan kabut. Perhitungan kepadatan planet juga menunjukkan bahwa GJ1214b punya lebih banyak air dibanding Bumi. Ini artinya struktur internalnya sangat berbeda dibanding Bumi.
“Temperatur dan tekanan yang tinggi akan membentuk material-material eksotis seperti ‘es panas’ atau ‘air superfluida’, zat-zat yang sama sekali asing dengan keseharian kita,” kata Berta.
Mengingat jaraknya yang dekat dengan Bumi, besar kemungkinan akan ada observasi lanjutan menggunakan James Webb Space Telescope, yang akan diluncurkan akhir dekade ini. Sementara itu, hasil penelitian Zachory dan rekan-rekannya ini telah diterima untuk dipublikasikan di Astrophysical Journal.

Wednesday, December 14, 2011

Matahari

Matahari bintang terdekat dengan bumi



Pada dasarnya matahari merupakan salah satu bintang yang berada di tata surya dan menjadi pusatnya. Matahari termasuk bintang karena dapat menghasilkan energi cahaya sendiri. Cahaya matahari dibandingkan bintang yang lain terasa lebih cemerlang. Hal itulah yang menyebabkan pada waktu siang hari kita tidak dapat melihat bintang selain matahari.

Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet (yang sudah diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya. Matahari dikategorikan sebagai bintang kecil jenis G.

Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentuk bulat betul. Matahari mempunyai katulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya. Garis tengah ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya 43 mil lebih pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar, karena 98% massa Tata Surya terkumpul pada matahari.

Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan kulit, masing-masing fotosfer, kromosfer dan korona. Untuk terus bersinar, matahari, yang terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu kehilangan empat juta ton massa setiap saat.

Matahari dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massa matahari adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 watt per meter persegi setiap saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya merupakan bintang generasi kedua. Material dari matahari terbentuk dari ledakan bintang generasi pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam semesta ini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu.

Thursday, December 8, 2011

Planet Nomad Sang Pengembara

Pernah dengar yang namanya planet nomad? Ini adalah planet yang tidak mengitari bintang apapun atau seringnya disebut planet mengambang bebas. Dan tampaknya, Galaksi tempat kita berdiam tampaknya dibanjiri planet gelandangan aka planet nomad yang mengembara di angkasa tanpa memiliki bintang induk yang ia kitari.

Planet Nomad Di Bima Sakti

Planet Nomad, si pengembara di alam semesta. kredit : Greg Stewart / SLAC National Accelerator Laboratory

Menurut hasil penelitian terbaru Kavli Institute for Particle Astrophysics and Cosmology (KIPAC), institut gabungan Stanford University dan SLAC National Accelerator Laboratory, diperkirakan terdapat 100000 kali lebih banyak planet nomad di Bima Sakti dibanding bintang.  Jika pengamatan bisa mengkonfirmasi perkiraan jumlah tersebut, maka obyek langit yang merupakan  kelas baru tersebut akan mempengaruhi teori pembentukan planet yang ada saat ini. Tidak hanya itu,  pemahaman manusia mengenai asal usul dan kelimpahan dalam kehidupan pun akan berubah.

Jika planet-planet nomad memiliki ukuran yang cukup besar untuk memiliki atmosfer yang tebal, maka mereka bisa memerangkap panas yang cukup untuk keberadaan bakteri. Meskipun planet nomad tersebut tidak bermandikan kehangatan cahaya bintang, mereka masih bisa menghasilkan panas melalui peluruhan radioaktif internal dan aktivitas tektonik.

Pencarian selama dua dekade terakhir sudah berhasil mengidentifikasi 760 planet di luar Tata Surya, yang hampir semuanya mengorbit sebuah bintang. Tahun lalu, para peneliti berhasil mendeteksi setidaknya selusin planet nomad menggunakan teknik lensa mikro gravitasi. Teknik ini digunakan untuk mencari bintang yang cahayanya difokuskan kembali oleh gravitasi planet yang sedang melintas.

Hasil penelitian ini memberikan bukti setidaknya terdapat dua planet nomas untuk setiap tipe bintang, misalnya bintang deret utama di Bima Sakti. Estimasi yang didapat juga menunjukkan kalau planet nomad bisa mencapai 50000 kali lebih umum.

Apakah Planet Nomad Umum Di Galaksi?

Pertanyaannya sekarang apakah planet nomad ini memang umum ditemukan? Dan untuk bisa mengetahui hal ini, tim KIPAC memperhitungkan tarikan gravitasi di galaksi Bima Sakti, jumlah materi yang tersedia untuk membentuk obyek seperti ini dan bagaimana materi bisa membagi dirinya sendiri membentuk obyek dengan ragam ukuran mulai dari seukuran Pluto sampai dengan yang lebih besar dari Jupiter.  Bukan pekerjaan mudah karena untuk kasus planet nomad ini, tak seorang pun yakin bagaimana planet tersebut bisa terbentuk.

Teori yang dikemukakan adalah sebagian di antara planet-planet nomad ini merupakan planet yang terlontar dari sistem. Hasil penelitia juga mengindikasikan kalau tidak semua planet nomad terbentuk dengan cara dilontarkan keluar dari sistem.

Jadi ketika berbicara tentang planet, maka planet bisa jadi bukan merupakan benda langit yang harus mengelilingi sebuah bintang. Tapi untuk bisa menemukan planet nomad yang lebih kecil, para peneliti masih harus menunggu kehadiran teleskop besar seperti teleskop landas angkasa Wide-Field Infrared Telescope Survey dan teleskop landas Bumi Large Synoptic Survey Telescope yang akan dioperasikan awal tahun 2020.

Masih diperlukan konfirmasi estimasi planet-planet nomad di alam semesta, karena ketika planet-planet nomad tersebut sedang mengembara dan mengalami tabrakan yang menyebabkan tersebarnya kumpulan mikroba dan kemudian tertanam di suatu tempat yang lain.

Wednesday, December 7, 2011

bLogg pertamaku

Pengen posting anime,astronomi dan semua yang aneh-aneh  :)

Tuesday, November 29, 2011

Planet 55 Cancri e,Planet Super Bumi Panas

Ketika manusia berbicara tentang alam semesta dan apa yang diketahuinya, maka ia akan terkagum-kagum bahwa ia hanya mengetahui sebagian kecil dari alam itu sendiri. Itulah yang juga terjadi dalam dunia extrasolar planet.
Planet yang dikira sudah diketahui ternyata berbeda dari apa yang diperkirakan semula. Tapi itulah ilmu pengetahuan. Data yang baru akan terus merevisi atau memperkuat data sebelumnya.

55 Cancri e
lustrasi perbandingan transit 55 Cancri e pada bintang 55 Cancri A dan transit Bumi dan Jupiter pada Matahari. kredit:Jason Rowe, NASA Ames dan SETI Institute dan Prof. Jaymie Matthews, UBC

Dalam penelitian ini, tinjauan ulang dilakukan terhadap data 55 Cancri e. Exoplanet 55 Cancri e ditemukan pada tahun 2004 oleh tim pengamat dari Texas dan dikalkulasikan mengorbit bintang induknya setiap 2,8 hari.  Rebekah Dawson seorang mahasiswa pasca sarjana dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics dan Daniel Fabrycky dari University of California, Santa Cruz kemudian melakukan analisa ulang dari data yang ada dan menemukan kalau 55 Cancri e sebenarnya jauh lebih dekat dengan bintang induknya dan mengorbit sang bintang kurang dari 18 jam. Artinya, kesempatan untuk bisa mengamati terjadinya transit jauh lebih tinggi.

Data baru inilah yang kemudian mendorong tim astronom internasional untuk melakukan pengamatan pada 55 Cancri e untuk bisa mengamati transit planet tersebut pada bintang induknya.  Transit seperti ini sangat penting untuk memberikan informasi mengenai ukuran dan orbit planet.  Tim yang terditi dari Josh Winn dari MIT, Matthew Holman dari Smithsonian, Jaymie Matthews dari University of British Columbia kemudian melakukan pengamatan dengan menggunakan satelit MOST (Microvariability & Oscillations of STars) milik Canada.

Hasilnya exoplanet 55 Cancri e tersebut mengitari bintang induknya setiap 17 jam 41 menit seperti prediksi Dawson and Fabrycky.  Ketika terjadi transit, cahaya bintang induknya meredup sekitar 1/50 dari 1% sehingga pengamat bisa mengetahui kalau diameter planet tersebut 21000 km atau hanya 60% lebih besar dari Bumi dan 8 kali lebih masif (planet super Bumi sendiri memiliki massa 1 -10 kali massa Bumi). Dari hasil tersebut disimpulkan kalau 55 Cancri e merupakan planet padat yang paling rapat saat ini.

Tak hanya itu, bintang induknya, 55 Cancri A berada pada jarak 40 tahun cahaya dari Bumi dan  terang sehingga bisa dilihat dengan mata telanjang di konstelasi Cancer. Hal ini tak pelak menjadikan sistem 55 Cancri dan planet 55 Cancri e menjadi target yang sempurna untuk dipelajari lebih lanjut.

Josh Winn dan kawan-kawan juga bisa menghitung temperatur permukaan planet tersebut yakni mencapai 2700 ºC, dan dikarenakan pemanasan dari dalam tampaknya 55 Cancri e tidak memiliki atmosfer. Jadi kesimpulan lain yang bisa diambil adalah, 55 Cancri e tidak cocok untuk kehidupan exobiologi.  Di dunia yang padat dan sangat rapat seperti 55 Cancri e, berat kita 3 kali lebih berat dibanding saat di Bumi. Tak hanya itu Matahari akan tampak 60 kali lebih besar dan bersinar 3600 kali lebih terang di langit.

Data dari Spitzer

Kajian yang dilakukan pada exoplanet 55 Cancri e masih terus berlanjut. Dari hasil yang diperoleh MOST,  tim astronom lain  yang dipimpin Sara Seager juga melakukan pengamatan  transit dengan menggunakan teleskop Spitzer. Hasilnya menunjukan kalau 55 Cancri memang lebih besar dibanding yang diperkirakan sebelumnya namun tidaklah serapat yang diprediksi dari hasil MOST. Sara dan timnya menemukan kalau 55 Cancri e hanya 1/3 kali lebih besar dari yang diprediksi MOST.  Mengapa ada perbedaan ?

Sara dan timnya melakukan pengamatan dengan Spitzer yang bekerja pada panjang gelombang inframerah sedangkan tim yang menggunakan MOST mengamati si planet pada panjang gelombang tampak. Salah satunya adalah perbedaan pada perhitungan ukuran planet. Menurut Seager, data yang didapat dari mata inframerah Spitzer bisa jadi mengikutsertakan atmosfer dalam radius planet.  Ada kemungkinan tim ini mengukur tepo atmosfer yang tebal seperti yang ada di Uranus dan Neptunus atau di exosfer – atmosfer yang renggang – seperti di Merkurius..

Yang pasti, penyebab perbedaan tersebut belum bisa diketahui dengan pasti. Akan tetapi di sisi lain, Sara dkk sepakat dengan Matthew Holman dkk kalau exoplanet 55 Cancri e ini merupakan exoplanet kelas atau jenis yang baru yakni planet Super Bumi Panas yang berada sangat dekat dengan bintang induknya.

Sistem 55 Cancri e

Sistem extrasolar 55 Cancri diketahui memiliki 5 buah planet. Exoplanet pertama yang diberi kode b ditemukan oleh tim dari California di tahun 1997. Setelah itu, dalam 5 tahun berikutnya, 2 planet lainnya kembali ditemukan (c dan d) oleh tim yang sama. di tahun 2004, barulah tim dari Texas menemukan planet ke-4 yakni 55 Cancri e yang menjadi topik pembahasan dan planet ke-5 ditemukan tahun 2008.

Kelima planet tersebut dideteksi dengan menggunakan metode Pergeseran Doppler yang meneliti terjadinya goyangan pada bintang sebagai akibat dari interaksi gravitasi dari planet yang tak terlihat. Perubahan karena goyangan inilah yang diukur dari pergeseran panjang gelombang pada spektrum cahaya bintang.

Sumber : CfA & UBC

Thursday, November 17, 2011

Kilatan Cahaya Dari Masa LaLu

Ada satu hal yang bisa dilakukan oleh astronom dan tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Astronom bisa melihat ke masa lalu ketika alam semesta masih muda. Tapi tidak seperti di film-film dimana seseorang harus memiliki mesin waktu untuk menjelajah waktu. Para astronom tidak membutuhkan mesin waktu. Yang dibutuhkan hanya teleskop canggih yang bisa melihat benda yang sangat jauh di alam semesta.

Mengapa demikian? Ketika kita melihat benda di angkasa, kita sedang melihat ke masa lalu!.

Cahaya bergerak lebih cepat dari apapun di alam semesta. Meskipun demikian cahaya tetap butuh waktu untuk bergerak melintasi angkasa. Sebagai contoh, cahaya dari Matahari membutuhkan waktu 8 menit untuk bergerak dari Matahari ke Bumi.
Bagaimanapun Matahari berada cukup dekat dengan Bumi. Tapi untuk benda yang jauh di kosmos seperti bintang atau galaksi maka cahaya dari benda-benda tersebut membutuhkan waktu jutaan bahkan milyaran tahun untuk sampai ke Bumi. Jadi ketika kita melihat benda tersebut, sama seperti kita sedang melihat benda itu jutaan atau milyaran tahun lalu!

Ilustrasi quasar, benda langit yang sangat jauh dari masa lalu. Kredit ESO
Astronom mencari benda jauh di kosmos karena benda-benda (bintang, galaksi) itu bisa memberi informasi bagaimana sebenarnya alam semesta ketika masih muda. Cotohnya Quasar, galaksi spesial yang berada sangat jauh yang ketika kita melihatnya maka kita sedang melihat alam semesta ketika masih bayi. Quasar juga sangat terang laksana 100 galaksi normal digabung jadi satu. Karena kecerlangan quasar itulah maka para astronom bisa melihat galaksi jauh dengan teleskop. Tapi karena lokasinya sangat jauh, astronom hanya bisa melihat galaksi jauh tersebut sebagai sebuah titik cahaya dalam foto.

Saat ini, para astronom telah berhasil menemukan quasar yang paling jauh dibanding yang sudah pernah ditemukan. Cahaya quasar ini datang dari waktu 13 milyar tahun lalu.  Para astronom melakukan pencarian dengan seksama untuk bisa menemukan galaksi paling jauh tersebut. Dan semua usaha tidak sia-sia karena mereka berhasil menyingkap sebagian misteri dari alam semesta dini (alam semesta ketika masih bayi).

Nb:Tahukah kamu?
Ketika kamu meihat ke angkasa, bisa saja kamu sedang melihat bintang yang sebenarnya sudah tidak ada! Kita bisa melihat bintang itu karena kita baru saja menerima cahaya yang berkelana dari bintang tersebut di masa lalu dan baru tiba sekarang.

Thursday, November 10, 2011

Galaksi Jauh Dari Alam Semesta Dini

Perjalanan manusia untuk mencari galaksi-galaksi tua untuk mnelusuri kembali pembentukkannya masih terus berlanjut. Setelah masyarakat dikejutkan dengan penemuan galaksi yang berada pada jarak 13,2 milyar tahun dengan pergeseran merah 10,3.



Para peneliti tak berhenti sampai disitu, pencarian masih terus berlanjut untuk mengungkap sejarah alam semesta. Dengan menggunakan kemampuan untuk memperbesar dari lensa kosmik gravitasi, para astronom berhasil menemukan sebuah galaksi jauh yang diperkirakan lahir pada masa awal sejarah kosmik. Hasil ini memberi cahaya baru bagi pembentukan galaksi pertama sekaligus juga membawa manusia untuk mengkaji kembali evolusi dini alam semesta.

Penemuan Galaksi Baru

Dalam penelitian yang dilakukan Johan Richard (CRAL, Observatoire de Lyon, Université Lyon 1, France and Dark Cosmology Centre, Niels Bohr Institute, University of Copenhagen, Denmark) dan timnya, mereka berhasil menemukan galaksi jauh yang mulai terbentuk sekitar 200 juta tahun setelah terjadinya Big Bang atau Dentuman Besar.

Galaksi jauh yang ditemukan di masa awal alam semesta. kredit : NASA, ESA
Penemuan ini menjadi tantangan baru bagi teori yang ada terutama mengenai kapan galaksi terbentuk dan berevolusi di tahun-tahun awal pembentukan alam semesta. Bukti baru yang ada juga bisa digunakan untuk mengungkap misteri bagaimana kabut hidrogen yang mengisi alam semesta dini bisa dibersihkan.

Tim yang dipimpin Richard melihat galaksi yang mereka temukan saat melakukan pengamatan dengan menggunakan NASA/ESA Hubble Space Telescope dan kemudian dikonfirmasi ulang menggunakan Spitzer Space Telescope. Pengukuran jarak kemudian dilakukan menggunakan W. M Keck Observatory di Hawaii.

Pengamatan Galaksi

Galaksi jauh yang ditemukan tersebut tampak melalui gugus galaksi Abell 383, yang kekuatan gravitasinya mampu membelokkan cahaya dan berfungsi sebagai kaca pembesar. Kesempatan terjadinya kesejajaran antara galaksi, gugus galaksi dan Bumi memperkuat cahaya yang diterima dari galaksi jauh sehingga para astronom dapat melakukan pengamatan yang lebih detil. Tanpa lensa gravitasi, galaksi yang dituju terlalu redup untuk bisa diamati meskipun dengan teleskop tercanggih yang ada saat ini.

Setelah berhasil mengenali galaksi yang dicari dalam citra yang dihasilkan Hubble dan Spitzer, dilakukan pengamatan spektroskopik dengan teleskop Keck-II di Hawaii. Spektroskopi merupakan teknik untuk memecah cahaya ke dalam komponen warnanya. Setelah itu dilakukan analisa spektrum sehingga bisa dilakukan pengukuran pergeseran merah dan mendapatkan informasi terkait komponen bintangnya.

Implikasi Penemuan Galaksi

Hasil pengukuran yang dilakukan Johan Richard dan tim menunjukkan kalau galaksi tersebut memiliki pergeseran merah 6.027 yang artinya, pengamat melihat galaksi tersebut saat ia ada pada kondisi alam semesta berusia 950 juta tahun.  Hasil ini tidak lantas menjadikan galaksi baru tersebut sebagai galaksi paling jauh atau paling tua karena ada galaksi lainnya yang memiliki pergeseran merah lebih dari 8 dan ada yang pergeseran merahnya 10 atau sudah ada 400 juta tahun sebelum si galaksi yang ditemukan Richard dkk.

Tapi setiap penemuan tentu punya keunikan tersendiri. Galaksi baru ini ternyata memiliki fitur yang sangat berbeda dibanding galaksi jauh lainnya yang pernah diamati, yang umumnya terang dan terdiri dari bintang-bintang muda.

Menurut Eiichi Egami, salah satu peneliti Galaksi baru tersebut, ada dua hal yang mereka lihat saat melakukan analisa spektrum. Pergeseran merah dari galaksi tersebut menunjukkan kalau ia berasal dari masa awal sejarah kosmik. Tapi ada hal menarik lainnya. Deteksi yang dilakukan oleh Spitzer dengan mata inframerahnya mengindikasikan galaksi tersebut sudah berusia lebih tua lagi dan ia diisi oleh bintang redup.  Diperkirakan galaksi tersebut disusun oleh bintang-bintang yang usianya sudah mendekati 750 juta tahun.

Artinya, epoh pembentukannya pun mundur ke era sekitar 200 juta tahun setelah Dentuman Besar. Atau dengan kata lain, galaksi ini sudah berusia sangat tua dan bisa disimpulkan juga kalau galaksi pertama yang terbentuk di masa awal alam semesta ternyata memang lebih dini dibanding perkiraan para ilmuwan.

Penemuan galaksi ini jelas memberi implikasi pada teori pembentukan galaksi mula-mula sekaligus memberi informasi bagaimana alam semesta menjadi transparan bagi cahaya ultraungu di masa satu milyar tahun pertama setelah Dentuman Besar.

Di masa awal kosmos, terdapat kabut gas hidrogen netral yang menghalangi cahaya ultraungu di alam semesta. Untuk bisa membuat alam semesta jadi transparan dan bersih dari kabut tersebut, sebagian sumber radiasi harus mngionisasi gas yang tersebar tersebut, membersihkan kabut yang menghalangi dan menjadikan alam semesta transparan bagi sinar ultraungu. Proses inilah yang dikenal sebagai proses reionisasi.

Para astronom meyakini kalau radiasi yang memberi tenaga untuk terjadinya reionisasi tersebut haruslah datang dari galaksi-galaksi. Akan tetapi diyakini tidak ada satu pun galaksi yang ditemukan yang dapat memberi radiasi yang diperlukan. Nah, penemuan galaksi baru ini diyakini dapat menyelesaikan teka-teki tersebut.

Tampaknya, galaksi yang baru ditemukan ini bukanlah satu-satunya. Diyakini masih ada lebih banyak galaksi-galaksi lain di masa alam semesta dini melebihi dugaan sebelumnya. Dan diyakini juga galaksi-galaksi tersebut sudah tua dan redup, sperti yang baru saja ditemukan. Jika analisa mengenai keberadaan galaksi-galaksi tua dan redup di alam semesta dini memang benar adanya maka mereka inilah yang akan menjadi jawaban yang menyediakan radiasi yang dibutuhkan untuk membuat alam semesta menjadi transparan bagi sinar ultraungu.

Untuk saat ini, para peneliti hanya dapat menemukan galaksi – galaksi melalui pengamatan menggunakan gugus masif yang bertindak sebagai teleskop kosmik. Di masa yang akan datang James Webb Space Telescope milik NASA/ESA/CSA akan diluncurkan dan akan bekerja pada pengamatan resolusi tinggi untuk mencari obyek yang memiliki pergeseran merah tinggi. Pada masa inilah, JWST akan menjadi mata yang bisa mengungkap semua misteri di masa alam semesta dini.

Tuesday, November 8, 2011

7 Misteri Planet Mars (Apakah Ada Kehidupan Di Mars)

Berikut ini adalah 7 misteri yang menyelimuti planet Mars (dikutip langsung dari kompas.com) :


 1. Mengapa Mars memiliki dua wajah berbeda?

Para peneliti sejak lama bertanya-tanya mengapa dua sisi planet mars memiliki perbedaan yang mencolok? Belahan utara Mars bisa dikatakan datar dan berupa dataran rendah, bahkan termasuk salah satu permukaan paling datar, paling halus di tata surya. Kondisi itu barangkali terbentuk oleh air yang diduga pernah mengalir di permukaan planet merah.

Sementara itu, kebalikannya, belahan selatan Mars memiliki permukaan yang terjal, berkawah dan sekitar 4 km hingga 8 km lebih tinggi dibanding belahan utara. Bukti-bukti terkini memunculkan perkiraan bahwa perbedaan antara sisi utara dan selatan Mars itu diakibatkan oleh batu raksasa dari ruang angkasa yang menghantam Mars pada masa lalu.
Kawah Rabe di mars berwarna biru
 2. Dari mana asal gas methana di Mars?
Methana --molekul organik paling sederhana-- pertama kali ditemukan di atmosfer Mars oleh wahana Mars Express milik Badan Antariksa Eropa pada tahun 2003. Di Bumi, sebagian besar gas methana di atmosfer dihasilkan oleh makhluk hidup. Gas methana diduga sudah ada di atmosfer Mars sejak 300 tahun lalu, artinya apapun sumbernya, keberadaan gas tersebut belum lama.

Meski begitu, gas methana bisa juga muncul di luar kehidupan, seperti misalnya dari aktivitas vulkanik. Wahana ExoMars milik ESA yang akan diluncurkan tahun 2016 bakal meneliti komposisi kimia atmosfer Mars dan mempelajari keberadaan methana di sana.

3. Di manakah lautan Mars?
Banyak misi ke Mars menemukan bukti-bukti bahwa planet tersebut pernah memiliki kondisi cukup hangat sehingga air tidak membeku dan bisa mengalir di permukaannya. Bukti-bukti itu antara lain berupa wilayah yang seperti bekas lautan, jaringan-jaringan lembah, delta-delta sungai dan sisa-sisa mineral yang seolah terbentuk oleh air.

Meski begitu, pemodelan iklim Mars belum bisa menjelaskan bagaimana temperatur hangat itu bisa terjadi, mengingat cahaya Matahari jauh lebih lemah dahulu. Ada dugaan, bentuk-bentuk di atas terbentuk bukan oleh air, melainkan oleh angin atau mekanisme lain. Namun masih tetap ada bukti bahwa Mars pernah cukup hangat untuk mendukung keberadaan air dalam bentuk cair, setidaknya di satu tempat di permukaannya.

4. Apakah ada air mengalir di permukaan Mars saat ini?
Meski sebagian besar bukti menunjukkan bahwa air pernah mengalir di permukaan Mars, tapi masih menjadi teka-teki apakah masih ada air yang mengalir di permukaan planet tersebut saat ini. Tekanan atmosfer Mars terlalu rendah, sekitar 1/100 tekanan di Bumi, sehingga air sulit berada di permukaannya. Namun ada jalur gelap dan sempit di lereng-lereng Mars yang memunculkan dugaan ada air yang mengalir tiap musim semi.

5. Apakah ada kehidupan di Mars?
Wahana pertama yang berhasil mendarat di Mars, Viking 1 milik NASA, memunculkan teka-teki yang masih misterius saat ini: Adakah bukti kehidupan di Mars? Viking adalah wahana yang secara khusus ditugaskan untuk mencari kehidupan di Mars, dan apa yang ditemukan masih menjadi perdebatan hingga hari ini. Wahana itu teleh menemukan adanya molekul organik seperti methyl chloride dan dichloromethane. Walau demikian, senyawa-senyawa itu bisa jadi merupakan kontaminasi dari Bumi yang terbawa saat wahana bersiap meluncur di Bumi.
Permukaan Mars sendiri sangat tidak bersahabat bagi makhluk hidup dalam hal suhu yang sangat rendah, radiasi, kondisi kering, dan faktor-faktor lain. Walau begitu, ada makhluk-makhluk hidup yang bisa bertahan di lingkungan ekstrem di Bumi, seperti di Lembah Kering Antartika yang dingin dan kering, atau wilayah amat kering di Gurun Atacama di Chile.

Secara teori, selalu ada kehidupan dimana ada air dalam bentuk cair di Bumi. Dan kemungkinan pernah adanya lautan di Mars memunculkan pertanyaan apakah pernah ada kehidupan di sana, dan bila ada, apakah sampai saat ini makhluk-makhluk hidup itu tetap eksis? Jawaban atas pertanyaan itu mungkin membantu memberikan sedikit pencerahan terhadap pertanyaan seberapa umumkah kehidupan di jagad raya.

6. Apakah kehidupan di Bumi berawal dari Mars?
Meteorit yang ditemukan di Antartika dan berasal dari Mars -- terlempar dari planet merah akibat tabrakan kosmis -- memiliki struktur serupa dengan batuan yang dihasilkan mikroba di Bumi. Meski penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa struktur itu terbentuk karena proses kimia dan bukan biologi, perdebatan mengenai Mars sebagai asal-usul kehidupan di Bumi masih berlanjut. Beberapa orang masih memegang teori bahwa kehidupan di Bumi berasal dari Mars, dan terbawa ke Bumi bersama meteorit.

7. Bisakah manusia hidup di Mars?
Untuk menjawab apakah kehidupan pernah ada atau masih ada di Mars, barangkali manusia perlu pergi ke sana dan mencarinya sendiri. Pada tahun 1969, NASA pernah merencanakan misi berawak ke Mars pada tahun 1981 dan membangun stasiun permanen di sana tahun 1988. Namun perjalanan antar planet itu ternyata menghadapi tantangan ilmiah dan teknologi yang tidak kecil.

Para ilmuwan harus mengatasi berbagai masalah perjalanan antar planet, seperti makanan, air, oksigen, efek gravitasi mikro, kemungkinan radiasi yang berbahaya, dan kenyataan bahwa astronot yang pergi ke sana akan berada jutaan kilometer dari Bumi sehingga tidak mudah untuk mendapat bantuan bila terjadi sesuatu. Selain itu, mendarat, bekerja, dan hidup di planet lain lalu kembali ke Bumi bukan perkara mudah.

Meski begitu, banyak peneliti yang ingin melakukan misi itu. Tahun ini, enam sukarelawan hidup terisolasi seolah sedang berada dalam wahana ruang angkasa selama 520 hari dalam proyek yang disebut Mars500. Simulasi penerbangan ruang angkasa terlama ini bertujuan untuk meniru perjalanan ke Mars.

Banyak sukarelawan bahkan bersedia diterbangkan ke Mars meski kemungkinan tidak bisa kembali. Berbagai rencana juga dibuat, misalnya dengan mengirimkan mikroba pemakan batu terlebih dahulu, sebelum manusia didatangkan. Teka-teki mengenai apakah manusia akan pernah menjejakkan kaki ke Mars memang masih tergantung ada alasan mengapa kita harus mencoba menjelajahi planet merah itu. 

Saturday, November 5, 2011

Komet

Komet adalah benda angkasa yang mirip asteroid, tetapi hampir seluruhnya terbentuk dari gas (karbon dioksida, metana, air) dan debu yang membeku. Komet memiliki orbit atau lintasan yang berbentuk elips, lebih lonjong dan panjang daripada orbit planet. Komet yang cerah pastinya menarik perhatian ramai.

Komet Hale-Bopp

Ciri Fisik
Ketika komet menghampiri bagian-dalam Tata Surya, radiasi dari matahari menyebabkan lapisan es terluarnya menguap. Arus debu dan gas yang dihasilkan membentuk suatu atmosfer yang besar tetapi sangat tipis di sekeliling komet, disebut coma. Akibat tekanan radiasi matahari dan angin matahari pada coma ini, terbentuklah ekor raksasa yang menjauhi matahari.

Coma dan ekor komet membalikkan cahaya matahari dan bisa dilihat dari bumi jika komet itu cukup dekat. Ekor komet berbeda-beda bentuk dan ukurannya. Semakin dekat komet tersebut dengan matahari, semakin panjanglah ekornya. Ada juga komet yang tidak berekor.

Ciri Orbit

orbit komet
Komet mempunyai orbit berbentuk elips. Perhatikan ia mempunyai dua ekor
Komet bergerak mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya memakan waktu yang lama. Komet dibedakankan menurut rentangan waktu orbitnya. Rentangan waktu pendek adalah kurang dari 200 tahun dan rentangan waktu yang panjang adalah lebih dari 200 tahun. Secara umumnya bentuk orbit komet adalah elips.

Jenis-jenis Komet

-Komet Helley

Komet Halley, secara resmi diberi nama 1P/Halley, nama umumnya diberikan menurut nama Edmond Halley, adalah suatu komet yang terlihat dari bumi setiap 75-76 tahun. Komet ini merupakan komet paling terkenal di antara komet-komet periodik lainnya. Walaupun pada setiap abad banyak komet berperiode panjang yang muncul dengan lebih terang dan dahsyat, Halley adalah satu-satunya komet dengan periode pendek yang tampak dengan mata telanjang, dan karenanya merupakan komet yang tampak dengan mata telanjang yang pasti kembali dalam rentang umur manusia. Kemunculannya sepanjang sejarah memiliki pengaruh yang besar terhadap sejarah manusia, walaupun penampakannya tidak dikenali sebagai obyek yang sama sampai abad ke-17. Komet Halley terakhir muncul di tata surya pada tahun 1986, dan akan muncul kembali pada pertengahan 2061

-Komet Encke

Komet Encke (secara resmi dinamai 2P/Encke) adalah sebuah komet periodik dengan periode 3,3 tahun, dinamai menurut Johann Franz Encke, yang melalui studi kerasnya pada orbit komet tersebut dan melalui banyak perhitungan dapat menghubungkan pengamatan terdahulu pada 1786 (2P/1786 B1), 1795 (2P/1795 V1), 1805 (2P/1805 U1) dan 1818 (2P/1818 W1) pada satu obyek yang sama. Pada 1819 ia menerbitkan kesimpulannya pada jurnal Correspondance astronomique, dan memprediksi dengan tepat kemunculan sang komet pada 1822 (2P/1822 L1).

Dari penyebutan nama resminnya, dapat diketahui bahwa Encke adalah komet periodik kedua yang ditemukan setelah Komet Halley (yang dikenal juga sebagai 1P/Halley). Tidak seperti biasanya, komet Encke dinamai berdasarkan orang yang berhasil menghitung orbitnya dan bukan yang menemukannya (Pierre Méchain).

-Komet Hyakutake

Komet Hyakutake (kode resmi: C/1996 B2) adalah sebuah komet yang ditemukan pada 30 Januari 1996 oleh seorang pengamat astronomi amatir asal Jepang, Yuji Hyakutake. Komet ini melintasi Bumi dalam jarak yang sangat dekat pada Maret tahun tersebut (paling dekat pada 25 Maret), salah satu lintasan komet yang terdekat dalam 200 tahun, sehingga tampak terang dan dapat dilihat oleh banyak orang di sepanjang dunia.
Hasil penelitian ilmiah terhadap komet ini menunjukkan adanya emisi sinar-X dari komet tersebut; pertama kalinya sebuah komet diketahui melakukan hal tersebut. Selain itu, Hyakutake adalah komet dengan ekor terpanjang yang diketahui hingga kini.
Hyakutake adalah sebuah komet periode panjang. Sebelum perjalanannya melewati tata surya, periode orbitnya mencapai sekitar 15.000 tahun, namun pengaruh gravitasi dari planet-planet raksasa (atau “raksasa gas,” yang terdiri dari Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus) telah meningkatkannya hingga 72.000 tahun.

Wednesday, November 2, 2011

Astronom Yakin Ada Laut Di Europa (Satelite Jupiter)

Europa adalah salah satu satelit planet Jupiter yang letaknya paling dekat dengan Jupiter. Satelit ini juga menyandang predikat sebagai satelit terbesar Jupiter bersama dengan satelit lain, seperti Io, Ganymede dan Collisto. Data temuan wahana antariksa Galileo yang melakukan eksplorasi tahun 1995 - 2003, dan meneliti permukaan satelit Jupiter telah membuat para astronom yakin bahwa di Europa ada laut.


europa (satelite jupiter)

Berdasarkan citra yang diambil, astronom mendapatkan struktur aneh disebut "chaos terrain". Untuk menjelaskan terbentuknya topografi itu, astronom mempelajari bagaimana topografi yang sama terbentuk di Bumi. Astronom menemukan, topografi itu mungkin dibentuk oleh panas dari dalam Europa yang melelehkan es di dekat permukaannya, menyebabkan bagian atasnya retak atau runtuh. Analisis membuktikan bahwa lapisan es di permukaan Europa adalah setebal 10 km. Sementara, di bawahnya terdapat danau air asin yang kedalamannya sekitar 3 km.

Tentu saja temuan ini membuat gembira para astronom, karena kondisi Europa telah memenuhi dua syarat penting untuk mendukung kehidupan, yakni air dan energi. Seperti diketahui, evolusi awal Bumi menunjukkan perlunya energi untuk mendukung kehidupan, salah satunya berupa petir. Selama 3,8 miliar tahun sesudahnya, Bumi juga masih tergantung pada energi Matahari.

Studi yang juga dipublikasikan di jurnal Nature ini semakin menambah wawasan tentang satelit planet-planet gas raksasa. Satelit Saturnus, Enceladus, diduga juga memiliki lautan. Meski memiliki air dan energi, Europa tak langsung bisa dihuni. Ada syarat kehidupan lain, seperti zat organik, yang belum tentu ada. Astronom akan menjadikannya target eksplorasi selanjutnya.

Sumber : kompas.com

Lengan Baru Galaksi Bima Sakti Di Temukan

Menurut penelitian para astronom selama ini, bentuk galaksi Bimasakti (galaksi tempat kita tinggal) mirip dengan spiral atau mirip seperti obat nyamuk bakar. Galaksi Bimasakti mempunyai pusat galaksi dan beberapa lengan dengan struktur memanjang keluar dari pusat galaksi. Observasi pada 2008 oleh Robert Benjamin dari University of Wisconsin menyatakan Bimasakti memiliki dua lengan utama, lengan Perseus dan lengan Scutum-Centaurus. Lengan-lengan lain disebut lengan minor, di antaranya lengan Carina-Sagitarius dan lengan Orion-Cygnus.






Saat ini Thomas Dame dan Patrick Tadeus dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics berhasil mengidentifikasi lengan baru Bimasakti yang tadinya tersembunyi. Lengan itu berada di ujung lengan Scutum-Centaurus, berjarak lebih kurang 50.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Mereka mengidentifikasi lengan baru itu dengan teleskop di Massachusets, Amerika Serikat.



Matahari, Bumi, dan Tata Surya terletak di dekat lengan utama Perseus, atau lebih tepatnya di dekat Orion Cygnus. Jarak Matahari dari pusat galaksi sekitar 25.000 tahun cahaya. Sebagaimana diketahui, ada kehidupan di Bumi yang menjadi salah satu komponen tata surya. Jika di lengan Orion Cygnus terdapat kehidupan, mungkinkah juga ada kehidupan di lengan baru Bimasakti yang ditemukan?

Virginia Trimble dari University of California yang mempelajari evolusi galaksi sayangnya menyatakan bahwa lengan baru tersebut bukan tempat yang baik untuk hidup. Seperti dikutip Dailymail, Jumat (28/10/2011), Trimble mengatakan, jika memang ada tempat yang mendukung kehidupan, mungkin tempat itu ada di dekat pusat galaksi. Menurut dia, di sanalah planet kaya logam seperti Bumi terdapat sehingga relatif bisa mendukung kehidupan. 

Sumber : Kompas.com

Tuesday, October 25, 2011

Asteroid Belt (Sabuk Asteroid)

Sabuk asteroid adalah bagian Tata Surya terletak kira-kira antara orbit planet Mars dan Jupiter. Daerah ini dipenuhi oleh sejumlah objek tak beraturan yang disebut asteroid atau planet kerdil. Sabuk asteroid disebut juga sebagai sabuk utama (main belt) untuk membedakan dari konsentrasi planet kerdil lainnya di dalam sistem tata surya, seperti Sabuk Kuiper dan scattered disc.



Lebih dari separuh massa sabuk utama terdapat di empat terbesar objek: Ceres, 4 Vesta, 2 Pallas, dan 10 Hygiea. Kesemuanya berdiameter lebih dari 400 km, sementara Ceres, planet kerdil yang ada di sabuk utama memiliki diameter sekitar 950 kilometer. Selebihnya mempunyai berbagai ukuran sampai sekecil partikel debu. Distribusi penyebaran bahan asteroid ini sangat tipis sehingga kapal ruang angkasa dapat melewatinya tanpa celaka. Akan tetapi, ada tabrakan antara asteroid-asteroid besar, yang menghasilkan kumpulan asteroid yang memiliki karakteristik yang mirip (orbital dan komposisi). Tabrakan juga menghasilkan debu yang membentuk komponen utama cahaya zodiak (zodiacal light). Sebuah asteroid di dalam sabuk utama dapat dikategorikan berdasarkan spektrumnya, yang sebagian besar jatuh ke dalam tiga kelompok dasar: karbon (C-type), silikat (S-tipe), dan kaya logam (M-type).

Tuesday, October 18, 2011

Kupu-Kupu Menakjubkan Di Luar Angkasa

Setelah mengalami perbaikan, teleskop ruang angkasa Hubble kembali menampilkan foto-foto menakjubkan, salah satunya kupu-kupu angkasa dengan cahaya-cahaya elok. Dengan pemasangan dua kamera baru dan beberapa perbaikan, Hubble mendapatkan foto galaksi-galaksi dan nebula—kabut gas dan debu bintang—lebih tajam dibanding gambar yang pernah diambil sebelumnya. Hubble juga berhasil menangkap cahaya-cahaya baru yang belum pernah dilihat.







Salah satu yang kemudian menjadi perbincangan adalah nebula yang menjadi tempat lahirnya bintang-bintang baru. Nebula berbentuk kupu-kupu ini memancarkan gas dan debu panas yang mengembang menyerupai sayap.
Foto-foto lain yang tak kalah indah adalah drama kosmis tentang kelahiran dan kematian bintang-bintang. Salah satunya memperlihatkan Carina Nebula, tempat kelahiran bintang berjarak 7.500 tahun cahaya. Satu tahun cahaya adalah jarak yang bisa ditempuh cahaya selama setahun atau sekitar 9,6 triliun kilometer.Dalam foto tampak awan kemerahan yang dibombardir radiasi. Saat Hubble menggunakan spektrum cahaya berbeda, awan-awan itu menghilang dan tampaklah bintang-bintang muda berumur sekitar 100.000 tahun.Foto yang berbeda memperlihatkan ribuan kelompok bintang yang tersebar dalam cahaya putih di antara titik-titik biru yang merupakan bintang panas dan titik-titik merah bintang yang lebih dingin.Foto-foto Hubble ini diambil dalam galaksi Bima Sakti, kecuali lima galaksi spiral yang difoto dalam satu frame. Dengan kemampuan barunya, Hubble akan mengarahkan kamera ke ujung terjauh jagat raya dan mengambil foto angkasa beberapa saat setelah Big Bang atau ledakan besar yang diyakini sebagai awal terbentuknya semesta.

Planet Yang Terindah Di Angkasa

Nebula planet sisa katastrof bintang tetap sudah pasti merupakan planet yang paling indah di angkasa, namun mereka masih sangat misterius. Meskipun banyak sekali gas-debu nebula memisahkan bumi lebih dekat dan lagi pula telah diselidiki dengan cermat, namun mereka tetap membuat para astronom merasa bingung.

Yang terutama dibicarakan di sini adalah nebula abnormal yang jarang terjadi, mereka dipanaskan dengan pemanasan yang paling kuat, dan di saat bersamaan mereka juga mengandung ion yang sangat banyak, meskipun kehilangan satu atau beberapa atom elektro. Kekuatan pancarannya (mungkin saling berbenturan dengan partikel energi tinggi) tergantung pada masuknya jumlah atom dalam proses ini dan jumlah elektro yang hilang. Energi tinggi "angin" "meniup menyebarkan" gelembung gas khusus materiil sekelilingnya, beberapa gelembung di antaranya yang terekam dalam foto menampakkan cahaya warna yang berbeda-beda.


  
Namun, apakah sumber eksitasi atom seperti ini? Mungkin adalah bintang muda yang berenergi tinggi, atau planet ganjil yang bersembunyi di bagian dalam nebula. Lalu bagaimanakah planet-planet ganjil ini masuk dalam gambar kontemporer angkasa yang berkembang? Dipasang pada sebuah teleskop raksasa di Observatorium Eropa Selatan (ESO) di Cile, dan belakangan ini telah melakukan pengamatan terbaru secara besar-besaran terhadap nebula-nebula ganjil ini, saat dipasang di Belgia, Kota Lie Re. Sebuah tim astronom dari lembaga penelitian astrofisika dan geofisika menemukan 4 buah Magellanic Cloud yang mengandung ionisasi yang tinggi. Dua Magellanic Cloud yang besar dan kecil menjadi bintang pengiring yang paling dekat dengan bima sakti. Mereka memisahkan bumi kira-kira beberapa puluh ribu tahun cahaya (lihat gambar 1-4).
Dalam tiga gambar nebula itu, astronom Belgia berhasil membedakan sumber penyinaran energi tinggi, sinar ultraviolet dan lain-lain: pemanasan yang paling kuat, bintang tetap yang paling maharaksasa, lagi pula beberapa di antaranya adalah bintang ganda: bintang Altair dan bintang Vega. Ini mungkin adalah bintang-bintang WR-Wolf-Rayet, yang terangnya melampaui terang Matahari 1-10 juta kali lipat, namun mereka hanya bisa menyala beberapa juta tahun, bukan beberapa miliar tahun, sama seperti bintang kecil yang "telah mati", materiilnya melebihi materiil bintang sejenis 20 kali lipat, dan suhu permukaan melampaui 900 ribu derajat. Pada gambar ke-4 dalam foto, astronom Belgia tidak berhasil membedakan sumber penyinaran energi tinggi

Tuesday, October 11, 2011

NASA Temukan Cap Jempol Raksasa Di Planet Mars

Sebuah gambar resolusi tinggi terbaru berhasil mengabadikan sebuah lokasi di Planet Mars, Gambar yang diambil dari sebuah Teleskop milik NASA dengan menggunakan metode High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) terlihat mirip sebuah sidik jari jempol atau cap jempol (fingger print) raksasa yang berukuran sangat besar sekali. Hal ini menurut para peneliti memprediksi terjadi karena sebuah perubahan siklus alam dan cuaca disana dalam kurun waktu yang sangat panjang, sekilas bila kita amati mirip danau kering yang semula terdapat riak gelombang di tengahnya.




Seperti bekas lembah atau danau berair yang mengering terlihat sekilas bagai sidik jari jempol tangan.
untuk itu para peneliti planet merah tersebut memperkirakan kurun waktu silam di sana terdapat semacam kehidupan, walau mereka tidak bisa merincikan kehidupan seperti apa yang dimaksud. Gambar ini diambil di lokasi Coprates Mars dan menandakan terbentuk dari sedimen proses air menguap lalu mengering dan terbentuklah bentuk yang terlihat sekarang ini. (Mail Online)






Pemandangan lebih detail yang dibesarkan memperlihatkan lebih jelas bekas sungai-sungai yang mengering dan bekas arus air mengalir sebagaimana kehidupan dibumi.

10 Bintang Terbesar Di Jagat Raya

Studi mengenai alam semesta yang luas dan penuh teka-teki, ditambah dengan fenomena yang terjadi di dalamnya, dan unsur-unsur surgawi yang tidak dapat diukur di dalamnya, membuat seseorang merasa sangat mungil, dan tidak signifikan.

Kita hanyalah sebuah bintik jika dibandingkan dengan planet kita yang hanya berupa suatu fraksi dari ukuran matahari. Tetapi ada juga bintang-bintang di luar sana yang bahkan membuat matahari terlihat seperti sebuah flek yang tidak penting.
Kita telah menyusun suatu daftar berupa beberapa bintang terbesar yang telah diketahui di alam semesta ini. Ukuran dari setiap bintang dijabarkan dalam jari-jari solar, dimana satu radius solar sama dengan jari-jari matahari.
1.VY Canis Majoris
Bagian dari konstelasi Canis Major, bintang hiper raksasa ini (satu dengan massa yang besar dan luminositas) adalah bintang terbesar yang telah diketahui, dengan satu radius antara 1,800-2,100 jari-jari solar (kurang lebih 2.7 milyar kilometer), yang berarti setara dengan 900-1,050 matahari dalam satu garis lurus dari pusat ke kelilingnya! Bintang ini diperkirakan 4,900 tahun cahaya dari Bumi.
2. VV Cephei A




Bintang primer raksasa yang berwarna merah ini termasuk dalam sistem perbintangan gerhana biner VV Cephei (sepasang bintang yang memiliki orbit mengelilingi sekitar pusat massa mereka, dimana bidang orbit bertepatan dengan garis pandang pengamat). Bintang ini berlokasi di konstelasi Cepheus yang jaraknya 2,400 tahun cahaya dari Bumi dan memiliki radius 1,600-1,900 jari-jari solar.
3.V838 Monocerotis
Berlokasi di konstelasi Monoceros, yang jauhnya 20,000 tahun cahaya dari matahari kita, bintang berwarna merah ini memiliki kurang lebih 400-1,570 jari-jari solar, hampir setara dengan radius orbit Jupiter.
4.WOH G64
WOH G64 adalah sebuah bintang super raksasa, berwarna merah, dan berlokasi di galaksi LMC (Large Magellanic Cloud), yang berjarak kurang lebih 160,000 tahun cahaya dari Bimasakti. Diperkirakan ukurannya mencapai 1,540 kalinya jari-jari matahari.
5. V354 Cephei
Merupakan bintang yang bervariasi dan tidak beraturan, V354 Cephei adalah sebuah bintang super raksasa berwarna merah dengan ukuran mencapai 1,520 jari-jari solar. Lokasinya hampir 9,000 tahun cahaya dari matahari, yaitu di konstelasi Cepheus dari Bimasakti.
6.RW Cephei
Satu lagi bintang yang tidak beraturan dan konstelasi Cepheus, RW Cephei memiliki radius antara 1,260-1,610 jari-jari solar. Bintang ini berlokasi pada kejauhan 11,500 tahun cahaya dari Matahari.
7.KW Sagitarii
KW Sagitarii berada di 10,000 tahun cahaya dari Matahari, dan termasuk dalam bagian konstelasi Sagittarius, dan besarnya hampir 1,460 kali jari-jari matahari. Bintang super raksasa ini memiliki cahaya yang istimewa, terangnya seperti 360,000 matahari.
8.KY Cygni


Satu lain bintang merah super raksasa. Bintang ini diperkirakan ukurannya mencapai 1,420-2,850 jari-jari matahari. Letaknya sejauh 5,000 tahun cahaya dari matahari kita, yaitu di konstelasi Cygnus.
9.MU Cephei
Besarnya 1,420 jari-jari solar, bintang merah raksasa Mu Cephei atau Herchel’s Garnet Star adalah satu dari beberapa jajaran bintang terbesar yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Lokasinya berada pada konstelasi Cephius di Bimasakti.
10.Betelgeuse
Bintang dengan variabel semiregular ini, selain menjadi salah satu bintang terbesar yang diketahui, juga merupakan bintang yang memiliki cahaya paling terang di konstelasi Orion. Bintang super raksasa berwarna merah ini besarnya sama dengan 950-1000 matahari, dan lokasinya terletak antara 643-146 tahun cahaya.

Tuesday, October 4, 2011

Astronom Temukan Planet "Berlian"

PSR J1719-1438

planet berlian
 Tim astronom di Australia mengaku telah menemuka suatu planet eksotis di galaksi bima sakti. Planet itu bagaikan sebuah berlian.

Planet ini, berjarak sekitar 4.000 tahun cahaya dari Bumi, jauh lebih padat dari yang lain dan sebagian besar terdiri dari karbon. Saking padatnya, tim astronom memperhitungkan bahwa karbon ini sejernih kristal, bahkan tidak jauh beda dengan berlian.

Planet aneh ini mengorbit di sekitar sebuah bintang yang telah mati akibat supernova dan disebut sebagai millisecond pulsar baru atau bernama PSR J1719-1438. Ketua tim peneliti dari Universitas Swinburne di Melbourne, Matthew Bailes, memperkitakan bahwa planet ini memiliki diameter lima kali lipat dari bumi.

"Kami sangat yakin bahwa planet itu memiliki kepadatan 18 kali lipat dari air," kata Bailes, seperti yang dikutip National Geographic, 25 Agustus 2011. "Ini berarti planet itu tidak dibuat dari gas seperti hidrogen dan helium seperti kebanyakan bintang, namun [terbuat] dari elemen-elemen yang lebih berat seperti karbon dan oksigen sehingga jadi mengkristal, mirip sebuah berlian," kata Bailes.

Bailes dan timnya menemukan planet beserta bintang millisecond pulsar itu saat survei pulsar melalui teleskop radio di Observatorium Parkes, Australia. Pulsar merupakan sejenis bintang mati yang memancarkan sinar gelombang radio yang kuat dari sumbunya. Bila sinar-sinar tersebut melintas pandangan dari Bumi ketika bintang berotasi, teleskop radio di Bumi dapat mendeteksi denyut rutin bintang mati itu.  

Tim dari Swinburne telah membuat sketsa atas bentuk planet yang mirip berlian itu. Namun, kepastian apakah planet tersebut benar-benar berlian raksasa masih harus dibuktikan lebih lanjut. Tim astronom optimistis bakal menemukan planet-planet aneh lainnya.

"Dengan makin canggihnya teknologi komputer, kami yakin akan menemukan lagi planet seperti ini," kata Bailes. (Sumber: vivanews.com)

Friday, September 30, 2011

Penemuan Planet HD85512b Yang Layak Huni

Planet HD85512b

Ilustrasi planet mirip Bumi. Credit: L. Calada, ESO

Astronom berhasil menemukan satu lagi planet yang mirip Bumi dan kemungkinan layak dihuni makhluk hidup. Planet tersebut bernama HD85512b dan merupakan planet yang mengorbit bintang katai oranye dan ada pada jarak 36 tahun cahaya dari tata surya di konstelasi Vela.

HD85512b ditemukan lewat penelitian menggunakan High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher (HARPS) European Southern Observatory di Cile. Radial velocity adalah teknik memburu planet dengan cara melihat perubahan cahaya bintang yang diorbit.

Data HARPS menunjukkan bahwa HD85512b memiliki massa 3,6 kali Bumi. Selain itu, planet yang baru saja ditemukan ini juga punya jarak pas dengan bintang induknya sehingga memungkinkan keberadaan air dalam wujud cair di permukaannya.

"Jaraknya adalah tepat pada batasan yang memungkinkan Anda untuk memiliki air dalam wujud cair," kata Lisa Kaltenegger dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics dan Max Planck Institute for Astronomy. "Jika Anda membandingkan dengan tata surya kita, planet ini sedikit lebih jauh dari jarak Matahari-Venus," kata Kaltenegger seperti dikutip National Geographic, Selasa (30/8/2011). Ini berarti planet tersebut lebih banyak menerima energi dari bintangnya dibandingkan dengan Bumi.

 Kaltenegger mengatakan, planet ini juga memiliki tutupan awan sedikitnya 50 persen untuk merefleksikan panas dari bintangnya, mencegah pemanasan yang berlebihan. Tutupan awan ini mendekati tutupan awan Bumi, yang rata-rata sekitar 60 persen.

Tutupan awan mengindikasikan adanya atmosfer yang mirip Bumi. Penelaahan terhadap atmosfer masih belum memungkinkan karena jarak yang cukup jauh. Namun, dipercaya bahwa planet bermassa kurang dari 10 kali massa Bumi itu memiliki atmosfer yang mirip Bumi, didominasi nitrogen dan oksigen.

HD85512b merupakan planet batuan kedua yang memiliki kemiripan dengan Bumi. Berdasarkan jarak dengan bintangnya, planet ini bisa dikatakan layak huni sebab ada pada zona yang tak terlalu panas ataupun tak terlalu dingin. Planet sebelumnya yang dikatakan layak huni adalah Gliese 581d, yang sebelumnya juga ditemukan dengan instrumen HARPS. Sebenarnya terdapat juga Gliese 581g yang juga diklaim layak huni. Namun, klaim planet terakhir ini masih menjadi kontroversi.

Manfred Cuntz, direktur program astronomi University of Texas di Austin, mengatakan, selain soal ukuran dan jarak, ada faktor lain yang membuat HD85512b bisa dikatakan sebagai planet layak huni dan bukan hanya klaim belaka. Salah satu faktor lain itu adalah orbit planet yang mendekati lingkaran sehingga memungkinkan iklim yang stabil. Faktor lain, bintang induk yang bernama HD85512 memiliki usia lebih tua dari Matahari sehingga kurang aktif dan mengurangi risiko akibat badai elektromagnetik.

Cuntz menambahkan, usia dari tata surya tempat HD85512b bernaung adalah 5,6 miliar tahun sehingga bisa mendukung kehidupan. Sebagai perbandingan, tata surya tempat Bumi bernaung diperkirakan berumur 1 miliar tahun lebih muda, alias 4,6 miliar tahun.

Sayangnya, dengan segala potensi mendukung kehidupan, masih belum mungkin bagi manusia untuk menuju planet itu. Jikapun bisa, maka manusia pasti merasa asing karena kondisi planet yang panas, lembab, dan gravitasi yang 1,4 kali lebih besar daripada Bumi. "Hot yoga mungkin adalah hal yang Anda bisa nikmati dengan gratis di sana," canda Kaltenegger.

Tulisan yang mendeskripsikan HD85512b ini telah muncul di arXiv.org dan telah diterima untuk dipublikasikan di jurnal Astronomy and Astrophysics. (Sumber: kompas.com)

Wednesday, September 28, 2011

Karakteristik Planet Eris (2003 UB313

Planet Eris

Eris (Tengah) and Dysnomia (kiri dari tengah). Teleskop luar angkasa Hubble. Credit: NASA

Eris (nama resmi: 136199 Eris; sebelumnya dikenal sebagai 2003 UB313 dan juga Xena) adalah sebuah planet katai yang ditemukan pada hari Jumat, 29 Juli 2005 oleh tiga astronom dari Amerika Serikat, Profesor Mike Brown dan koleganya dari Institut Teknologi California (Caltech), yang juga menemukan beberapa objek-objek serupa planet pada area Sabuk Kuiper. Nama Eris sendiri berasal dari nama dewi keraguan dalam mitologi Yunani.

Awalnya Eris diklaim oleh penemunya sebagai sebuah planet (namun status "planet katai" kemudian diterima), Eris sangat dingin, berbatu-batu dan lebih besar daripada Pluto. Eris diketahui mempunyai sebuah bulan, Dysnomia, yang ditemukan pada 10 September 2005.

Lebih Besar Dari Pluto

Eris dilihat dengan teropong bintang. Credit: wikipedia.org
Eris memiliki diameter sekitar 3.000 kilometer, sehingga merupakan objek terbesar yang ditemukan di tata surya setelah Neptunus dideteksi tahun 1846. Eris juga lebih besar dari Pluto, bekas planet terkecil yang ditemukan pada 1930. Eris berjarak hampir 15 miliar kilometer (sembilan miliar mil) atau sekitar tiga kali jarak Pluto dari matahari. Dibanding Bumi, jaraknya 97 kali dibanding jarak Bumi-Matahari.

Eris adalah benda paling jauh yang pernah diketahui untuk mengitari di seluruh Matahari. Ukurannya mungkin satu setengah kali lebih besar dari Pluto. Objek angkasa ini terlihat pertama kali tahun 2003. Ia terlihat lewat teleskop Samuel Oschin di Observatorium Palomar dan teleskop 8m Gemini di Mauna Kea, Hawaii. Pertama kali terlihat 21 Oktober 2003, namun para astronom tidak melihatnya lagi hingga 15 bulan kemudian. Baru pada 8 Januari 2005 ia terlihat lagi. Selain Brown, penemu lainnya adalah Chad Trujillo dari Observatorium Gemini di Hawaii, dan David Rabinowitz dari Universitas Yale.

Eris terlihat lebih redup dari Pluto, tapi itu karena jaraknya tiga kali lebih jauh. Bila ia berada di tempat Pluto, ia akan terlihat lebih terang. Sejak ditemukan, penyebutan objek ini sebagai planet menjadi perdebatan.


Termasuk Planet Katai (Kerdil)

Pada 24 Agustus 2006, para ilmuwan Persatuan Astronomi Internasional akhirnya memutuskan statusnya sebagai "planet katai" (dwarf planet). Sebelumnya kelompok astronom lain juga telah mengumumkan penemuan objek 2003 EL61, yang ukurannya kurang lebih sebesar Pluto. Planet baru ini memutari bumi sekali dalam setiap 560 tahun dan saat ini merupakan objek terjauh dari Bumi.

Dalam waktu 280 tahun, jaraknya ke Bumi akan sedekat Neptunus. Seperti Pluto, permukaan Eris diduga didominasi oleh metana. Eris juga dipercaya merupakan bagian dari Sabuk Kuiper (Kuiper Belt), kawasan dalam sistem solar menjulur dari orbit Neptunus.

Diperkirakan ada sekitar 100.000 objek yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper, salah satunya adalah Pluto, sehingga sebagian ilmuwan pun lebih menganggap status Eris sebagai objek Sabuk Kuiper dibandingkan sebuah planet. Tapi karena ukurannya yang besar, diameternya mencapai 3.000 kilometer, saat ditemukan Brown berani mengkualifikasi objek angkasa temuannya sebagai planet. "Kami mengharapkan ini tidak terlalu kontroversial, seperti orang mempercayai Pluto sebagai planet," katanya.


Karakteristik Planet Katai Eris 

Peta astronomi memperlihatkan peta lokasi Eris. Credit: space.com



Penemuan
Penemu M. E. Brown,
C. A. Trujillo,
D. L. Rabinowitz
Tanggal ditemukan 21 Oktober 2003
Penamaan
Penamaan MPC 136199 Eris
Nama alternatif 2003 UB313
Kategori
planet minor
planet katai,
TNO,
plutoid,
dan SDO
Adjektif Eridian
Ciri-ciri orbit
Epos 6 Maret, 2006
(JD 2453800.5)
Aphelion 97,56 SA
14.60×109km
Perihelion 37,77 SA
5.65×109 km
Sumbu semi-mayor 67,6681 SA
10.12×109 km
Eksentrisitas 0,44177
Periode orbit 203.600 days
557 tahun
Kecepatan orbit rata-rata 3,436 km/s
Anomali rata-rata 197,63427°
Inklinasi 44,187°
Bujur node menaik 35,8696°
Argumen perihelion 151,4305°
Satelit 1
Ciri-ciri fisik
Jari-jari rata-rata 1.300 +200 -100 km
Massa (1,67 ± 0,02)×1022 kg
Gravitasi permukaan di khatulistiwa ~0,8 m/s²
Hari sideris > 8 h?
Albedo 0,86 ± 0,07
Suhu permukaan
   (sekitar)
min rata-rata maks
30 K 42,5 K 55 K
Magnitudo tampak 18,7
Magnitudo mutlak (H) −1,12 ± 0,01


(Sumber: wikipedia.org)