Saturday, May 26, 2012

Wawancara Irshad Manji: "Mereka Bukan Tuhan"


Irshad Manji (Dok. Renebook)

VIVAnews - Seorang pemikir, wanita Kanada kelahiran Uganda, pekan lalu muncul di berbagai media tanah air. Saat itu, ratusan massa ormas-ormas Islam dan primordial menolak acara diskusi yang melibatkan dirinya di bilangan Salihara, Jakarta Selatan.

Menghindari kekerasan dan bentrokan, polisi berinisiatif membubarkan diskusi yang dihadiri para tokoh liberal Indonesia, dengan alasan acara diadakan tanpa izin. Namanya sontak menjadi buah bibir di kalangan liberal, fundamental, bahkan masyarakat awam: Irshad Manji.

Tidak banyak yang tahu siapa Manji sebenarnya sebelum insiden tersebut terjadi. Mempromosikan buku terbarunya yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, "Allah, Liberty and Love", wanita 44 tahun ini menawarkan pendekatan baru dalam menginterpretasi Islam.

Manji menyebut dirinya sebagai reformis Islam, yang berusaha mereformasi pemikiran Muslim dalam menginterpretasikan Al-Quran. Seorang Muslim, ujar bekas wartawan Ottawa Citizen ini, berhak menginterpretasi menggunakan akal dan pikiran masing-masing soal ayat Al-Quran.
Berikut wawancara lengkap VIVAnews dengan Irshad Manji pada Senin, 7 Mei 2012:

Apa tujuan kedatangan Anda ke Indonesia?Saya datang untuk mempromosikan buku baru saya "Allah, Liberty and Love" yang telah dipublikasikan ke Bahasa Indonesia. Saya pernah datang empat tahun lalu untuk mempromosikan buku saya sebelumnya "Beriman tanpa Rasa Takut." Empat tahun adalah waktu yang terlalu lama untuk tidak kembali ke Indonesia.

Melihat dari akun Facebok saya, para pemuda di Indonesia sangat tertarik pada ide-ide untuk menyelaraskan antara iman dan kebebasan. Buku ini menunjukkan bagaimana hidup bebas tapi tetap beriman di keseharian. Buku ini tidak berisikan tentang teori-teori dan argumen, melainkan panduan bagaimana memperoleh kebebasan, cinta dan Allah sekaligus dalam hidup. 

Toko buku terbesar di Indonesia menolak menerbitkan buku Anda. Bagaimana komentar Anda?
Mereka rugi. Mereka akan menyesal karena tidak memperdulikan kenyataan bahwa ada generasi baru yang sangat tertarik pada hal ini. Mereka menolaknya tanpa alasan apapun.
Acara Anda di Salihara dihentikan paksa. Anda takut?
Pada kejadian tersebut, saya bangga para reformis merapatkan barisan mencoba melindungi saya dari FPI. Mereka juga mempertanyakan peran polisi dalam insiden pekan lalu, dan mengapa acara tersebut dibubarkan. Saya menyayangkan sikap polisi tersebut.
Peristiwa ini tidak lantas membuat saya mundur dan takut. Saya tetap akan menyelenggarakan acara saya di beberapa tempat (Yogya dan Solo). Jika saya batalkan, maka kami akan kalah dan kaum fundamentalis menang.
Omar Sultan Haque, psikolog dan ahli fisika dari Universitas Harvard, mengatakan bahwa Anda menyajikan pemikiran baru soal Islam yang disebut Islam reformasi. Bisa dijelaskan?
Saya tidak menyebutnya "Islam Reformasi". Karena jika demikian, berarti saya telah membuat sekte atau denominasi baru. Saya tidak tertarik membuat cabang baru. Islam itu sederhana dan tidak perlu dibagi-bagi menjadi beberapa sekte.

Saya lebih senang menyebut diri saya seorang reformis Islam, bukan moderat. Bedanya adalah, moderat adalah kaum yang menutup mulut mereka terhadap penyimpangan, sedangkan reformis seperti saya, menyuarakannya.

Saya yakin banyak orang yang menganggap "moderat" adalah sesuatu yang positif. Mereka mengatakan bahwa semua orang harus menjadi moderat. Pandangan ini sah-sah saja di masa-masa yang normal. Tapi, seperti kata Martin Luther King junior dalam mengajarkan Kristen di tengah krisis moral di Amerika Serikat, moderat malah justru memperkuat ekstremisme dalam beragama.
Hal ini juga terhadi di dalam Islam. Karena itu, jika ingin citra Islam yang lebih baik, jangan hanya mengeluhkan penyimpangan dan kekerasan tapi tidak melakukan apapun. Kita semua harus menyumbang dalam mengubah citra Islam, dengan menjadi seorang reformis, bukan moderat. Reformis itu mereformasi Muslim, bukan Islam.

Bagaimana reformis seperti Anda mempromosikan perlawanan terhadap fundamentalisme?
Saya menggelar diskusi. Di acara ini, saya mengajarkan bahwa Al-Quran itu lebih progresif dibandingkan apa yang orang lain percaya.
Contohnya, Al-Quran menyerukan seluruh Muslim untuk berani menyuarakan kebenaran, bahkan jika harus melawan keluarga. Hal ini tercantum di Surat 4 ayat 139: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu."

Maksudnya adalah, jika kau melihat ada ketidakadilan dan  penyalahgunaan kekuasaan di komunitas Muslim, kau harus menyuarakannya, bahkan jika kau tahu keluargamu bilang "diam!"
Hal ini menjadi masalah di masyarakat kita saat ini, di mana keluarga adalah segalanya. Padahal Allah mengatakan, "keluarga bukan Tuhan, saya yang Tuhan."
Al-Quran adalah suara Tuhan, dan Tuhan mengatakan pada kita, jangan memperlakukan keluarga seperti Tuhan, hanya ada satu Tuhan dan Tuhan meminta kita untuk menyuarakan kebenaran, tidak peduli siapa yang akan menentangnya.

Bagian indah lainnya dalam Al-Quran adalah soal kesederhanaan. Beberapa ayat pada Al-Quran memiliki makna yang terang, beberapa lainnya maknanya samar. Hanyalah mereka yang tidak punya iman yang menggunakan ayat yang samar sebagai rujukan. Lalu kemudian mereka mendiktekan interpretasi soal ayat ini orang lain.

Al-Quran menyimpulkan masalah ini dengan indah, dikatakan bahwa, "Hai orang beriman, yakinilah bahwa Allah yang paling tahu soal ayat dan arti dari Al-Quran."

Fundamentalisme, tidak peduli seberapa kuat dan keras mereka sekarang. mereka perlu memahami kesederhanaan dalam Al-Quran. Dengan memaksakan ayat Al-Quran menurut pemahaman mereka, kaum fundamentalis berusaha menjadi Tuhan. Padahal Tuhan  mengatakan, jika kau berlaku seperti Tuhan, maka kau menodai Al-Quran.

Cara saya mengatasi fundamentalisme adalah dengan mengajar. Saya ajarkan kepada para pemuda, bahwa ada ayat-ayat di Al-Quran yang tidak diajarkan oleh ulama, bahkan orangtua kalianpun tidak tahu.
Gunakanlah ayat-ayat ini untuk memperdalam hubungan kalian dengan Tuhan, dan tulislah di secarik kertas. Jika suatu saat kaum fundamentalis mengatakan "Kalian tidak tahu apapun tentang Islam," kau ambil ayat itu dan ingatkan pada mereka, "bahwa hanya ada satu Tuhan dan mereka bukan Tuhan".

Kami mengajak umat Islam untuk menggunakan akal. Jika kita mengumpulkan seluruh ayat di Al-Quran, ayat yang menyerukan Muslim untuk berpikir, bercermin dan menganalisa, jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak dibanding ayat yang memutuskan mana yang benar dan salah.

Dengan kata lain, Al-Quran tiga lipat lebih sering menyerukan ijtihad ketimbang taklid buta. Saya mengambil seluruh ayat Al-Quran, tidak setengah-setengah seperti yang dikatakan Omar.
Anda dikenal sebagai seorang feminis. Apa pandangan anda mengenai persamaan hak lelaki dan perempuan?
Saya mendorong persamaan gender berdasarkan Al-Quran, bahwa lelaki dan perempuan punya hak dan kewajiban yang sama. Saya yakin Al-Quran menyetarakan posisi satu sama lain dengan setara, tidak ada posisi inferior dan superior.

Mengapa fundamentalisme terus menjamur?
Saya tidak kaget fundamentalisme pamornya tengah naik di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tidak mudah menjelaskannya, banyak alasan, tergantung negara mana yang kita bicarakan.

Di Indonesia sendiri, menurut saya, ada dua alasan mengapa fundamentalisme semakin meningkat jumlahnya. Pertama, banyak uang Saudi yang datang ke Indonesia, di antaranya di transaksi bisnis dan wisatawan.
Menarik untuk dicatat, wilayah di Indonesia yang kedatangan banyak turis dari Semenanjung Arab, adalah wilayah yang semakin membatasi wanita dalam berpakaian. Apakah ini kebetulan? Tidak. Ada politisi lokal yang ingin mendapatkan uang lebih banyak dari pemerintah Saudi.
Alasan lainnya fundamentalisme berkembang di negara ini adalah globalisasi. Ketika ada banyak orang, teknologi dan uang berputar di seluruh dunia, masyarakat awam bisa hilang identitas. Mereka mulai bertanya, "siapa saya saat ini." ketika seluruh batas menjadi samar, maka identitas manusia akan menjadi lebih kaku, ketimbang terbuka.

Itulah yang terjadi di Indonesia. Tapi di Mesir, ada alasan lain. Terutama adalah kekerasan yang terjadi saat revolusi. Warga miskin, yang jumlahnya paling banyak, mengharapkan adanya stabilitas. Mereka khawatir, instabilitas akan membuat mereka kehilangan mata pencaharian. Untuk itu, mereka menggantungkan harapan pada Ikhwanul Muslimin untuk menciptakan stabilitas.

Menurut anda, bagaimana masyarakat harus menghadapi berbagai hal yang berkaitan dengan intoleransi agama?
Kita semua harus ingat bahwa ada konstitusi yang mengatur kehidupan bernegara. Konstitusi di negara ini adalah sekuler. Sekuler sendiri adalah momok di Indonesia. Tapi ingat, hanya Allah yang menghakimi mana yang baik dan buruk.

Biarlah perbedaan pemahaman terjadi. Anda bisa setuju atau tidak setuju, itu hak Anda. Tapi Anda tidak bisa memaksakan kehendak dan pemahaman pada orang lain. Ini adalah prinsip sederhana, karena Allah yang menentukan siapa yang salah dan benar.

Konstitusi mengatur kebebasan berpikir. Kau boleh tidak setuju, tapi tidak boleh memaksa, mengancam dan menekan, orang lain dengan cara yang buruk. Tidak boleh melanggar hak mereka dengan membatalkan acara dan menghentikan diskusi. Jika kau melakukan ini, berarti kau mencoba menjadi Tuhan. Ini tidak islami, sekaligus melanggar konsitusi.


sumber:vivanews.com