Lukisan dipasang dekat pintu masuk Galeri sehingga tampak mencolok bagi
pengunjung yang masuk. Berbingkai kayu kelir emas, lukisan berukuran
sekitar 1,5×1,75 meter tersebut ditopang penyangga besi sekitar setengah
meter dari dinding, sehingga terlihat gagah.
Tak ada yang aneh saat
melihat lukisan ini dari depan. Keganjilan baru terlihat ketika
pengunjung melihat lukisan dari samping. Kanvas di dada kiri Bung Karno
bergerak maju-mundur, menciptakan ilusi degup jantung. Menariknya, ritme
degup jantung ini sekitar 60-70 detak per menit, mirip manusia normal.
Staf Galeri Bung Karno Friska Fauzi mengatakan, foto Bung Karno yang
berdegup menjadi daya tarik tersendiri. Pengunjung kerap berkumpul di
samping lukisan sambil menatap dalam-dalam ke arah dada Bung Karno.
Mohammad Zariul Alim dari Madura sengaja datang ke Blitar untuk
membuktikan mitos tersebut. "Yang saya dengar lukisan itu bisa berdetak,
jadi saya merasa penasaran," ujarnya.
Pengunjung lainnya, Nur Faizatul Maghfiroh juga ingin membuktikan langsung, tentang mitos jantung di lukisan itu bisa berdetak.
Mitos jantung di lukisan Bung Karno
yang bisa berdetak itu memang tersiar luas. Ribuan pengunjung dari
berbagai daerah di Jatim, selain berkunjung ke makam juga singgah ke
lokasi perpustakaan.
Lukisan itu dibawa dari Istana Bogor oleh Mantan Presiden Megawati
Soekarno Putri, untuk memperingati 100 tahun haul Bung Karno pada 2001
lalu.
Untuk melihat kebenaran dari mitos itu, para pengunjug harus antre lama
melihat dengan mata jeli tentang kepastian dari mitos tersebut
Mitos lukisan berdetak di jantungnya tersebut membuat pengunjung ke
makam Bung Karno bertambah. Jika pada hari biasa hanya ada sekitar 400
kunjungan ke galeri, sekarang mencapai 600 kunjungan yang berasal dari
seluruh Indonesia.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kota Blitar Muh Sidik mengatakan,
fenomena jantung lukisan Bung Karno berdetak itu memang tidak bisa
dijelaskan dengan ilmu. Ia hanya mengatakan, adanya fenomena itu memang
menjadikan keunikan tersendiri.
"Fenomena itu tidak bisa dijelaskan lewat ilmu pengetahuan. Kami hanya
melakukan pengelolaan perpustakaan saja, dan tentang mitos ini tentunya
menjadikan keunikan sendiri," kata Sidik