Salah satu anggota Tim Charlie, Sersan Satu Abdul Haris, mengatakan dugaan itu pilot karena ada parasut yang juga tersangkut di pohon. "Kan kalau pilot itu pasti dipersiapkan parasut," kata dia di sekitar lokasi jatuhnya pesawat, Curug Nangka, Bogor, Sabtu 12 Mei 2012. Indikasi kedua, yakni wajah yang masih dapat dikenali dengan rambut dan warna kulit yang berbeda dengan warna kulit orang Indonesia. "Kulitnya putih. Itu orang bule, bukan orang Indonesia," kata dia.
Menurut Haris, kondisi jasad tersebut sudah hancur di beberapa bagian tubuhnya, namun masih berbentuk. "Bagian pinggang ke bawah hancur sebagian. Bagian belakang kepala juga hancur," ucapnya. Selain itu, ia juga menemukan identitas di dompet yang ada di saku celananya atas nama Alexander Yablontsev.
Untuk mencapai lokasi jatuhnya pesawat, tim baret merah itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena sebelum mencapai dasar lembah, matahari pun sudah terbenam. "Kami sampai atas tebing itu jam empat sore. Makanya pas rappeling itu, sudah gelap," kata Haris.
Karena tak mau mengambil risiko memaksakan terus turun, sementara naik ke atas secara fisik sudah tak kuat, maka Haris pun bermalam di tebing itu dengan cara bergelantungan pada seutas tali sling. "Sudah kaya kera, kita tidur bergelantungan," ujar Haris. Tim saat itu hanya membawa sekitar 50 meter tali untuk menuruni tebing. Sementara kedalaman dari puncak tebing menuju lembah diperkirakan mencapai 500 meter.
Sampai akhirnya tim berhasil membuka jalur menuju tebing yang menjadi titik jatuhnya pesawat. Tim lalu menurunkan jasad tersebut dari pepohonan dan memasukannya ke kantung jenazah yang telah dibawa sebelumnya. Jasad dibawa melalui jalur darat dengan menyusuri aliran sungai di Curug Cinangka. Perlu waktu sekitar 4-5 jam untuk mencapai titik transit evakuasi korban di Koramil setempat untuk selanjutnya dibawa ke pangkalan helikopter, Cijeruk dan diterbangkan ke Halim Perdanakusuma.
sumber: http://www.jurnaldunia.com/2012/05/teka-teki-pilot-sukhoi-superjet-pakai.html