pluto |
Namun keputusan tersebut menimbulkan pro dan kontra
yang amat serius diantara kalangan astronom di seluruh dunia. Masalahnya
kurang dari 5 persen dari jumlah astronom di seluruh dunia yang memilih
dalam voting di forum IAU yakni 424 astronom yang memilih dalam voting,
sementara di dunia ada 10.000 astronom profesional. Saat ini para
astronom di seluruh dunia sedang mengumpulkan petisi untuk menganulir
keputusan IAU tersebut.
“Sungguh astronomi yang
memalukan,” ujar Alan Stern, Ketua misi pesawat ruang angkasa NASA New
Horizon yang di luncurkan ke Pluto, Januari lalu dan ilmuwan di
Institute Southwest Research kepada Space.com. Menurutnya, definisi itu
sungguh bodoh. Dia berharap komunitas astronom bisa kembali mengubah
keputusan tersebut. Sementara itu, astronom yang lain mengkritik
definisi baru itu sebagai definisi yang ambigu, karena walau pluto
secara resmi bukan lagi planet di tata surya, namun pluto kini disebut
sebagai "planet kerdil" atau dwarf planet.
Pluto
dan bulannya, Charon kini diturunkan pangkatnya menjadi planet kerdil
karena mereka tidak memiliki orbit yang dominan seperti delapan planet
lainnya. Selain Pluto, Charon, Xena, dan Ceres juga dimasukkan dalam
kategori baru ini. Kategori "planet kerdil" diharapkan dapat dijadikan
definisi bagi lusinan objek bundar di ruang angkasa yang telah ditemukan
diantara planet Neptunus. Dengan teleskop canggih teknologi terbaru,
diprediksi ratusan "planet kerdil" akan ditemukan.
Dalam
sidang umum IAU, para astronom sepakat bahwa benda langit dapat disebut
sebagai planet jika mengorbit bintang namun bukan sebagai bintang yang
memancarkan sinar. Selain itu, ukurannya harus cukup besar sehingga
memiliki gravitasi yang membuatnya berbentuk bulat dan memiliki orbit
yang jelas berbeda dengan objek langit lainnya. Menurut IAU, Pluto
secara otomatis tidak memenuhi syarat ini karena orbitnya yang berbentuk
elips tumpang tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari
juga terlalu melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan
seba-gai planet.
Owen Gingerich, sejarawan dan
astronom dari Harvard, menyebutkan bahwa definisi baru itu
membingungkan. dan tidak semua setuju. Dia tidak suka dengan definisi
"planet kerdil". "Planet kerdil bukanlah planet, sangatlah aneh,"
ujarnya. Gingerich tidak bisa ikut voting karena dia masih berada di
Boston pada saat itu, sementara IAU tidak menyediakan fasilitas
elektronik voting.
Keputusan IAU agaknya sudah
tidak bisa diganggu gugat. Mewakili panitia, Michael Brown mengatakan
bahwa keputusan itu adalah telah ditetapkan, dan bahwa masyarakat tidak
akan terlalu tertarik akan fakta Pluto itu planet atau bukan. Namun,
dengan adanya keputusan ini, semua teksbook, buku ilmu pengetahuan alam
dan ensiklopedi semua harus direvisi.
(Dirangkum dari berbagai sumber termasuk space.com)*