Sejauh ini, para saksi yang mengaku pernah melihat Orang Pendek menggambarkan tubuh fisiknya sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki) tinggi sekitar satu meter (diantara 85 cm hingga 130 cm) dan memiliki banyak bulu diseluruh badan. Bahkan tak sedkit pula yang menggambarkannya dengan membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak. Keberadaan Orang Pendek sudah terlalu lama terdengar sejak berabad-abad lalu, sehingga hal itu menjadikannya sebagai salah satu legenda masyarakat disana. Dari ekspedisi yang beberapa kali di lakukan, umumnya ada suatu studi kasus mengenai klasifikasi pembagian saksi mata. Pertama saksi dari suku anak dalam, yaitu sekelompok orang yang tinggal disekitar areal Taman Nasional. Kemudian ada beberapa kelompok saksi mata dari orang desa lokal, kemudian beberapa kesaksian dari warga pendatang (Belanda) pada awal abad ke-20.
Legenda
Mengenai Orang Pendek sudah secara turun temurun dikisahkan di dalam
kebudayaan masyarakat Suku anak dalam. Mungkin bisa dibilang, Suku anak
dalam sudah terlalu lama berbagi tempat dengan para Orang Pendek di
kawasan tersebut. Walaupun demikian, jalinan sosial diantara mereka
tidak pernah ada. Sejak dahulu suku anak dalam bahkan tidak pernah
menjalin kontak langsung dengan makhluk-makhluk ini, mereka memang
sering terlihat, namun tak pernah sekalipun warga dari suku anak dalam
dapat mendekatinya. Ada suatu kisah mengenai keputus asaan para suku
anak dalam yang mencoba mencari tahu identitas dari makhluk-makhluk ini,
mereka hendak menangkapnya namun selalu gagal. Pencarian lokasi dimana
mereka membangun komunitas mereka di kawasan Taman Nasioanal juga pernah
dilakukan, namun juga tidak pernah ditemukan.Awal tahun 1900-an, dimana saat itu Indonesia masih merupakan jajahan Belanda, tak sedikit pula laporan datang dari para WNA. Namun yang paling terkenal adalah Kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923. Mr. Van Heerwarden adalah seorang zoologiest, dan disekitar tahun itu ia sedang melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Pada suatu catatan kisahnya, ia menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan. Tinggi tubuh mereka ia gambarkan setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu. Mr. Heerwarden sadar mereka bukan sejenis siamang maupun perimata lainnya. Ia tahu makhluk-makhluk itu menyadari keberadaan dirinya saat itu, sehingga mereka berlari menghindar. Satu hal yang membuat Mr. Heerwarden tak habis pikir, semua makhluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak. Semenjak itu, Mr. Heerwarden terus berusaha mencari tahu makhluk tersebut, namun usahanya selalu tidak berbuah hasil.
Sumber-sumber
dari para saksi memang sangat dibutuhkan bagi para peneliti yang
didanai oleh National Gographic Society untuk mencari tahu keberadaan
Orang Pendek. Dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy
Holden sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus menerus melakukan
ekspedisi terhadap eksistensi Orang Pendek. Namun, sejak pertama kali
mereka datang ke Taman Nasional Kerinci di tahun 1990, sejauh ini hasil
yang didapat masih jauh dari kata memuaskan. Lain dengan peneliti
lainnya, Debbie dan Jeremy datang ke Indonesia dengan dibiayai oleh
Organisasi Flora dan Fauna Internasional (http://fauna-flora.org).
Dalam ekspedisi yang dinamakan "Project Orang Pendek" ini, mereka
terlibat penelitian panjang disana. Secara sistematik, usaha-usaha yang
mereka lakukan dalam ekspedisi ini antara lain adalah pengumpulan
informasi dari beberapa saksi mata untuk mengetahui lokasi-lokasi di
mana mereka sering dikabarkan muncul. Kemudian ada metode menjebak pada
suatu tempat dimana disana terdapat beberapa kamera yang selalu siap
untuk menangkap aktivitas mereka. Rasa putus asa dan frustasi selalu
menghinggap di diri mereka ketika hasil ekspedisi selama ini belum
mendapat hasil yang memuaskan.Hubungan Kekerabatan Yang Hilang
Beberapa
pakar Cryptozoology mengatakan bahwa Orang Pendek mungkin memiliki
hubungan yang hilang dengan manusia. Apakah mereka merupakan sisa-sisa
dari genus Australopithecus?Banyak Paleontologiest mengatakan bahwa jika anggota Australopithecus masih ada yang bertahan hidup hingga hari ini, maka mereka lebih suka digambarkan sebagai seekor siamang. Pertanyaan mengenai identitas Orang Pendek yang banyak dikaitkan dengan genus Australopitechus ini sedikit pudar dengan ditemukannya fosil dari beberapa spesies manusia kerdil di Flores beberapa waktu yang lalu. Fosil manusia-manusia kerdil "Hobbit" berjalan tegak inilah yang kemudian disebut sebagai Homo Floresiensis. Ciri-ciri fisik spesies ini sangat mirip dengan penggambaran mengenai Orang Pendek, dimana mereka memiliki tinggi badan tidak lebih dari satu seperempat meter, berjalan tegak dengan dua kaki dan telah dapat mengembangkan perkakas/alat berburu sederhana serta telah mampu menciptakan api. Homo Floresiensis diperkirakan hidup diantara 35000 - 18000 tahun yang lalu.
Apakah Orang Pendek benar-benar merupakan sisa-sisa dari Homo Floresiensis yang masih dapat bertahan hidup? Secara jujur, para peneliti belum dapat menjawabnya.
Peneliti mengetahui bahwa setiap saksi mata yang berhasil mereka temui mengatakan lebih mempercayai Orang Pendek sebagai seekor binatang. Debbie Martyr dan Jeremy Holden, juga mempertahankan pendapat mereka bahwa Orang Pendek adalah seekor siamang luar biasa dan bukan hominid.
sumber :http://yasirmaster.blogspot.com/2008/06/orang-pendek.html