Illustrasi: DAJJAL
Konon,
sebelum sampai di Pulau Bermuda atau tinggal di daerah Segitiga Bermuda
ini, dajjal dahulunya tinggal di sebuah pulau di laut Yaman. Awalnya,
ia lahir di sebuah keluarga penyembah berhala di zaman setelah Sam bin
Nuh. Ia dilahirkan di daerah sekitar Palestina di dekat daerah Sodom dan
Gomorah (umat kaum Luth) dalam keadaan cacat di matanya.
Sejak
kecil, si anak (dajjal) ini suka menyusahkan orang tuanya. Tidur selama
sekitar empat tahun lamanya dan tidak bisa berjalan. Suatu hari, di
tengah lelapnya tidur, si anak terbangun dan mendatangi berhala
sesembahan kedua orang tuanya dan tidur lagi di pangkuan berhala itu.
Saat itulah orang tuanya mengumumkan kalau anaknya itu merupakan anak
Tuhan.
Orang-orang
yang sebelumnya mendengar bahwa anaknya itu tidak bisa berjalan,
spontan menertawakan dan mencemoohnya. Sebagian lainnya, ada yang
mengambil air berkah.
Oleh
banyak orang, si orang tua di laporkan ke hakim dan diputuskan keduanya
harus berpisah dengan anaknya. Anaknya ditahan di pengadilan atau
istana sedangkan orang tua di bagian lain penjara. Namun, saat terjadi
azab kepada penduduk Sodom dan Gomorah, anak ini diselamatkan oleh
Malaikat Jibril ke sebuah pulau yang tidak berpenghuni di laut Yaman.
Jarak
laut Yaman ini membutuhkan perjalanan yang sangat lama dan jika ingin
ke pulau tersebut harus melewati terjangan ombak dahsyat. Jika tak
hati-hati maka akan tenggelam. Selama di pulau itu, Jibril menugaskan
seekor binatang yang badannya dipenuhi bulu lebat untuk merawat dan
membantu si manusia cacat itu.
Singkat
cerita, ketika sudah semakin besar, ia memutuskan keluar dari pulau itu
dan mengembara ke mana saja. Sampai suatu ketika ia bertemu dengan
Ibrahim, Musa, dan Nabi Isa.
Dalam
pertemuannya dengan Nabi Musa, ia awalnya menjadi pengikutnya. Namun,
di balik pertemuan itu ia memiliki maksud jahat. Karena kekagumannya
pada Musa, ia menggunakan nama Musa. Namun, untuk membedakan ia dengan
Musa dari Mesir (Nabi Musa--Red), maka ia memakai nama Musa Samiri alias
Musa dari Samirah, tempat lahirnya sewaktu masih di Palestina.
Karena
perbuatannya mengajak Bani Israil membuat patung anak lembu maka Musa
AS lalu mengusir Samiri. (Lihat QS Thaha [20]: 97). Ke mana perginya
Samiri (dajjal) ini setelah diusir Musa, tidak ada keterangan lanjutan.
Muhammad
Isa Daud menyebutkan, sejak diusir itu, Samiri mengembara lagi ke
berbagai tempat. Ia terus belajar mengenai sikap umat manusia dan
mencari celah untuk menjerumuskannya.
Dan
beberapa saat sebelum kelahiran Rasulullah SAW, dajjal kembali ke pulau
tempat ia dibesarkan oleh seekor makhluk berbulu tebal tersebut. Saat
mendarat itulah, oleh makhluk tersebut, dajjal disuruh berjalan ke
bagian dalam gua. Saat membelakangi dinding gua itulah, dajjal kemudian
terpasung. Makhluk tersebut menyatakan, ikatan itu hanya akan bisa
lepas, saat waktunya telah tiba. Dalam penuturan Isa Daud, dajjal
terpasung selama lebih kurang 63 tahun. Sama dengan usia Rasulullah SAW.
Setelah
bebas, dajjal kembali mengembara. Puncaknya, ia pergi ke Segitiga
Bermuda dan akhirnya bertemu dengan setan. Ia sangat diagungkan oleh
setan dan keduanya membuat perjanjian bersama untuk menghancurkan umat
manusia dan memalingkannya dari menyembah Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa.
Berdasarkan
keterangan Muhammad Isa Daud, hingga hari ini dajjal masih hidup.
Kendati usianya sudah lebih dari 4.000 tahun, tetapi fisiknya masih
tetap muda dan tak ada yang bisa menandingi kekuatannya hingga turunnya
Isa Al-Masih, putra Maryam, yang akan membunuhnya. Usianya itu bila
dikonversikan dengan Nabi Ibrahim AS, sebagaimana pendapat Sami bin
Abdullah Al-Maghluts, bahwa Nabi Ibrahim hidup pada tahun 1997-1822 SM.
Panjangnya usia dajjal ini, karena ia merupakan satu dari tiga orang yang muntazhar (ditangguhkan) atau dipanjangkan umurnya, yakni setan, Nabi Isa AS, dan dajjal. Dan hanya Nabi Isa AS yang mampu mengalahkan dan membunuh dajjal.
Wa Allahu A'lam.