Planet Nomad Di Bima Sakti
Planet Nomad, si pengembara di alam semesta. kredit : Greg Stewart / SLAC National Accelerator Laboratory |
Menurut hasil penelitian terbaru Kavli Institute for Particle Astrophysics and Cosmology (KIPAC), institut gabungan Stanford University dan SLAC National Accelerator Laboratory, diperkirakan terdapat 100000 kali lebih banyak planet nomad di Bima Sakti dibanding bintang. Jika pengamatan bisa mengkonfirmasi perkiraan jumlah tersebut, maka obyek langit yang merupakan kelas baru tersebut akan mempengaruhi teori pembentukan planet yang ada saat ini. Tidak hanya itu, pemahaman manusia mengenai asal usul dan kelimpahan dalam kehidupan pun akan berubah.
Jika planet-planet nomad memiliki ukuran yang cukup besar untuk memiliki atmosfer yang tebal, maka mereka bisa memerangkap panas yang cukup untuk keberadaan bakteri. Meskipun planet nomad tersebut tidak bermandikan kehangatan cahaya bintang, mereka masih bisa menghasilkan panas melalui peluruhan radioaktif internal dan aktivitas tektonik.
Pencarian selama dua dekade terakhir sudah berhasil mengidentifikasi 760 planet di luar Tata Surya, yang hampir semuanya mengorbit sebuah bintang. Tahun lalu, para peneliti berhasil mendeteksi setidaknya selusin planet nomad menggunakan teknik lensa mikro gravitasi. Teknik ini digunakan untuk mencari bintang yang cahayanya difokuskan kembali oleh gravitasi planet yang sedang melintas.
Hasil penelitian ini memberikan bukti setidaknya terdapat dua planet nomas untuk setiap tipe bintang, misalnya bintang deret utama di Bima Sakti. Estimasi yang didapat juga menunjukkan kalau planet nomad bisa mencapai 50000 kali lebih umum.
Apakah Planet Nomad Umum Di Galaksi?
Pertanyaannya sekarang apakah planet nomad ini memang umum ditemukan? Dan untuk bisa mengetahui hal ini, tim KIPAC memperhitungkan tarikan gravitasi di galaksi Bima Sakti, jumlah materi yang tersedia untuk membentuk obyek seperti ini dan bagaimana materi bisa membagi dirinya sendiri membentuk obyek dengan ragam ukuran mulai dari seukuran Pluto sampai dengan yang lebih besar dari Jupiter. Bukan pekerjaan mudah karena untuk kasus planet nomad ini, tak seorang pun yakin bagaimana planet tersebut bisa terbentuk.
Teori yang dikemukakan adalah sebagian di antara planet-planet nomad ini merupakan planet yang terlontar dari sistem. Hasil penelitia juga mengindikasikan kalau tidak semua planet nomad terbentuk dengan cara dilontarkan keluar dari sistem.
Jadi ketika berbicara tentang planet, maka planet bisa jadi bukan merupakan benda langit yang harus mengelilingi sebuah bintang. Tapi untuk bisa menemukan planet nomad yang lebih kecil, para peneliti masih harus menunggu kehadiran teleskop besar seperti teleskop landas angkasa Wide-Field Infrared Telescope Survey dan teleskop landas Bumi Large Synoptic Survey Telescope yang akan dioperasikan awal tahun 2020.
Masih diperlukan konfirmasi estimasi planet-planet nomad di alam semesta, karena ketika planet-planet nomad tersebut sedang mengembara dan mengalami tabrakan yang menyebabkan tersebarnya kumpulan mikroba dan kemudian tertanam di suatu tempat yang lain.