Tuesday, July 10, 2012

Misteri Tanah "Jejak Dewa"

"Jejak dewa" di tanah Afrika (Wired.com)
VIVAnews - Puluhan ribu formasi tanah gundul membentuk lingkaran-lingkaran kecil di antara rerumputan hijau. Ukuran tanah gundul itu memiliki diameter 2 hingga 12 meter. Tanah hijau dengan lingkaran tanpa rumput itu berada di selatan Angola, Afrika Selatan. Penduduk lokal menyebutnya jejak langkah dewa.
Ilmuwan sudah angkat tangan. Tapi, Walter Tschinkel punya petunjuk baru.

Pakar biologi dari Universitas Florida State, Tallahassee, Amerika Serikat, Walter Tschinkel menemukan yang belum pernah diketahui sebelumnya. Kendati Tschinkel belum bisa memecahkan misteri, tapi dia mengatakan lingkaran ini hidup.

Tschinkel kali pertama menemukan bagian tanah gundul yang disebut "lingkaran peri" ini pada 2005. Ketika itu dia sedang berlibur ke Pelestarian Alam NamibRand. Taman alam swasta ini didedikasikan untuk melestarikan ekologi lokal dan alam liar Namibia.

Penduduk lokal mengenalkan Tschinkel pada bentukan tanah yang aneh.

"Saya melihatnya dan berkata, 'Sepertinya disebabkan rayap,'" kenangnya.

Tschinkel menilai rayap membunuh rumput dari dalam tanah. Bisa juga mereka menyebarkan gas yang meracuni vegetasi.

Tschinkel dan istrinya kembali ke wilayah itu pada 2007. Mereka melakukan ekskavasi lingkaran peri itu. Ternyata, mereka tidak menemukan bukti keberadaan rayap seperti dugaan sebelumnya.

Mereka mencoba cara lain untuk memeriksa sampel tanah ini. Tschinkel dan istrinya menambahkan nutrisi tanah seperti zinc ke lingkaran peri. Mereka juga mencoba mengganti tanah di dalam lingkaran dengan tanah di luar lingkaran. Cara ini tetap tidak bisa membuat vegetasi tumbuh kembali di lingkaran gundul itu. Ini menunjukkan kegundulan tanah bukan disebabkan kekurangan nutrisi.

Tschinkel tidak menyerah. Dia beralih menggunakan citra satelit. Dia membandingkan foto yang diambil selama periode 4 tahun. Dia mengonfirmasikan dugaan ilmuwan lain. Lingkaran ini hidup atau setidaknya mereka dinamis.

Jumlah lingkaran gundul ini ada dan menghilang selama periode penelitian itu. Berdasarkan data, Tschinkel mengalkulasi lingkaran terkecil tumbuh dan menghilang setiap 24 tahun. Sementara lingkaran terbesar dapat bertahan hingga 75 tahun. Secara umum, lingkaran aneh ini bisa hidup sekitar 41 tahun.

Sangat sedikit ilmuwan yang mau meneliti lingkaran peri ini. Menurut Tschinkel, kerja mereka biasanya hanya berupa eksperimen oportunis yang dilakukan dalam perjalanan singkat.

"Tidak ada program yang benar-benar fokus meneliti ini," ujar Tschinkel seperti dilansir dari Wired.

Misteri belum terkuak dari hasil penelitian Tschinkel. Dia berharap dapat kembali mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda. Menurut data yang telah dikumpulkannya, lingkaran ini cenderung terbentuk setelah musim hujan.

Sayang, penggiat konservasi lokal malah berharap Tschinkel tidak akan bisa memecahkan misteri ini selama beberapa tahun mendatang.

"Saya tentunya bersimpati dengan sentimen itu. Tapi, ini tidak berarti saya akan berhenti mencari tahu," ujar Tschinkel.