Nabi Luth As merupakan keponakan Nabi Ibrahim as. Nabi Luth As diutus untuk kaum Sodom dan Gomorrah yang memiliki perilaku seks menyimpang.
Allah SWT berfirman:
"Kaum
Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Luth, berkata
kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. asy-Syu'ara: 160-163)
Dengan kelembutan dan kasih sayang semacam ini, Nabi Luth As
berdakwah kepada kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah
kepada Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk
melakukan kejahatan dan kekejian. Namun dakwah beliau berhadapan dengan
hati yang keras dan jiwa yang sakit serta penolakan yang berasal dari
kesombongan.
Kaum Nabi Luth As melakukan
berbagai kejahatan yang tidak biasa dilakukan oleh penjahat manapun.
Mereka merampok dan berkhianat kepada sesama teman serta berwasiat dalam
kemungkaran. Bahkan catatan kejahatan mereka ditambah dengan kejahatan
baru yang belum pernah terjadi di muka bumi. Mereka memadamkan potensi
kemanusiaan mereka dan daya kreatifitas yang ada dalam diri mereka.
Yaitu kejahatan yang belum pernah dilakukan seseorang pun sebelum mereka
di mana mereka berhubungan seks dengan sesama kaum pria (homo seks).
Allah SWT berfirman:
"Dan
(ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu melihat(nya). Mengapa kamu
mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan mendatangi
wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak dapat mengetahui (akibat
perbuatanmu)." (QS. an-Naml: 54-55)
Nabi Luth As menyampaikan dakwah kepada mereka dengan penuh ketulusan dan kejujuran, namun apa gerangan jawaban dari kaumnya:
"Maka
tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: 'Usirlah Luth beserta
keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang (mendakwahkan dirinya) bersih.'" (QS. an-Naml: 56)
Mengapa
mereka menjadikan sesuatu yang patut dipuji menjadi sesuatu yang tercela
yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak bahwa jiwa kaum Nabi Luth As
benar-benar sakit dan mereka justru menganiaya diri mereka sendiri
serta bersikap angkuh terhadap kebenaran. Akhirnya, kaum pria cenderung
kepada sesama jenis mereka, bukan malah cenderung kepada wanita. Sungguh
aneh ketika mereka menganggap kesucian dan kebersihan sebagai kejahatan
yang harus disirnakan. Mereka orang-orang yang sakit yang justru
menolak obat dan memeranginya.
Tindakan kaum Nabi Luth As
membuat hati beliau bersedih. Mereka melakukan kejahatan secara
terang-terangan di tempat-tempat mereka. Ketika mereka melihat seorang
asing atau seorang musafir atau seorang tamu yang memasuki kota, maka
mereka menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth, "sambutlah
tamu-tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum pria." Mulailah
perilaku mereka yang keji itu terkenal.
Nabi Luth As memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth As mengemukakan argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu, dan Nabi Luth As
terus berdakwah. Namun tak seorang pun yang mengikutinya dan tiada yang
beriman kepadanya kecuali keluarganya, bahkan keluarganya pun tidak
beriman semuanya. Istri Nabi Luth kafir seperti istri Nabi Nuh.
"Allah
membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir.
Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua
suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit
pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): 'Masuklah ke
neraka bersama orang-orang yang masuk neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10)
Jika
rumah adalah tempat istirahat yang di dalamnya seseorang mendapatkan
ketenangan, maka Nabi Luth tersiksa, baik di luar rumah maupun di
dalamnya. Kehidupan Nabi Luth As dipenuhi dengan mata
rantai penderitaan yang keras namun beliau tetap sabar atas kaumnya.
Berlalulah tahun demi tahun tetapi tak seorang pun yang beriman
kepadanya, bahkan mereka mulai mengejek ajarannya dan mengatakan apa
saja yang ingin mereka katakan:
"Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-arang yang benar." (QS. al-'Ankabut: 29)
Ketika
terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus asa kepada mereka dan ia
berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang-orang
yang membuat kerusakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari tempat Nabi
Ibrahim menuju desa Nabi Luth. Mereka sampai saat Ashar. Mereka mencapai
pagar-pagar Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah tanah yang penuh
dengan tanaman yang hijau.
Sementara itu, anak perempuan Nabi
Luth berdiri sedang memenuhi tempat airnya dari air sungai itu. Ia
mengangkat wajahnya sehingga menyaksikan mereka. Ia tampak keheranan
melihat kaum pria yang memiliki ketampanan yang mengagumkan. Salah
seorang malaikat bertanya kepada anak kecil itu: "Wahai anak perempuan,
apakah ada rumah di sini?" Ia berkata (saat itu ia mengingat kaumnya),
"Hendaklah kalian tetap di situ sehingga aku memberitahu ayahku dan
kemudian akan kembali pada kalian." Ia meninggalkan wadah airnya di sisi
sungai dan segera menuju ayahnya.
"Ayahku, ada pemuda-pemuda
yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku belum pernah melihat wajah-wajah
seperti mereka," kata anak itu dengan nada gugup. Nabi Luth As berkata kepada dirinya sendiri: Ini adalah hari yang dahsyat. Beliau segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth As
melihat mereka, beliau merasakan keheranan yang luar biasa. Beliau
berkata: "Ini adalah hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada mereka:
"Dari mana mereka datang dan apa tujuan mereka?" Mereka malah terdiam
dan justru memintanya untuk menjamu mereka." Nabi Luth tampak malu di
hadapan mereka, kemudian beliau berjalan di depan mereka sedikit lalu
beliau berhenti sambil menoleh kepada mereka dan berkata: "Saya belum
mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini selain penduduk negeri
ini." Beliau mengatakan demikian dengan maksud agar mereka mengurungkan
niat mereka untuk bermalam di negerinya. Namun mereka tidak peduli
dengan ucapan Nabi Luth As dan mereka tidak memberikan komentar atasnya.
Nabi Luth As
kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu berusaha untuk
mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth memberitahu mereka
bahwa penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan tamu-tamu mereka. Di
samping itu, mereka juga membuat kerusakan di muka bumi dan seringkali
terjadi pertentangan di dalam desanya. Pemberitahuan tersebut
dimaksudkan agar para tamunya membatalkan niat mereka untuk bermalam di
desanya tanpa harus melukai perasaan mereka dan tanpa menghilangkan
penghormatan pada tamu.
Nabi Luth As berusaha
dan mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanannya tanpa
harus mampir di negerinya. Namun tamu-tamu itu sangat mengherankan.
Mereka tetap berjalan dalam keadaan diam. Ketika Nabi Luth melihat tekad
mereka untuk tetap bermalam di kota, beliau meminta kepada mereka untuk
tinggal di suatu kebun sehingga datang waktu Maghrib dan kegelapan
menyelimuti segala penjuru kota. Nabi Luth sangat bersedih dan dadanya
menjadi sempit. Karena rasa takutnya dan penderitaanya sehingga ia lupa
untuk memberi mereka makanan. Kegelapan mulai menyelimuti kota. Nabi
Luth menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang pun
dari penduduk kota yang melihat mereka. Namun istrinya melihat mereka
sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memberitahu mereka kejadian yang
dilihatnya. Kemudian tersebarlah berita dengan begitu cepat dan
selanjutnya kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT berfirman:
"Dan
tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia
merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia
berkata: 'Ini adalah hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya
kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang keji." (QS. Hud: 77-78)
Mulailah terjadi
hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth bergegas menuju padanya. Nabi
Luth bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang memberitahu
mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari istrinya
namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah kesedihan Nabi Luth.
Kaum
Nabi Luth berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth keluar kepada mereka
dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka diajak berpikir secara
sehat? Bagaimana seandainya mereka diajak menggunakan fitrah yang sehat?
Bagaimana seandainya mereka tergugah dengan kecenderungan yang sehat
terhadap jenis lain yang Allah SWT ciptakan untuk mereka? Bukankah di
dalam rumah mereka terdapat kaum wanita? Seharusnya wanitalah yang
menjadi kecenderungan mereka, bukan malah mereka cenderung kepada sesama
pria.
"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah putri-putri (negeriku)
mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah
kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu
seorang yang berakal." (QS. Hud: 78)
"Inilah putri-putri
(negeriku)." Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut? Nabi Luth
ingin berkata kepada mereka: "Di hadapan kalian terdapat wanita-wanita
di bumi. Mereka lebih suci bagi kalian dalam bentuk kesucian jiwa dan
fisik. Ketika kalian cenderung kepada mereka, maka kecenderungan itu
merupakan pelaksanaan dari fitrah yang sehat." "Maka bertakwalah kalian
kepada Allah." Nabi Luth berusaha menjamah jiwa mereka dari sisi takwa
setelah menjamahnya dari sisi fitrah. Bertakwalah kepada Allah SWT dan
ingatlah bahwa Allah SWT mendengar dan melihat serta akan murka dan
menyiksa orang-orang yang durhaka. Seharusnya orang yang berakal sehat
menghindari murka-Nya.
"Dan janganlah kalian mencemarkan namaku
terhadap tamuku ini." Ini adalah usaha gagal dari beliau yang mencoba
menggugah kemuliaan dan tradisi mereka sebagai orang badui yang harus
menghormati tamu, bukan malah menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu
seorang yang berakal?" Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang
mempunyai pikiran yang sehat? Tidakkah di antara kalian terdapat
laki-laki yang berakal? Apa yang kalian inginkan jika memang terwujud,
maka itu hakikat kegilaan. Akal adalah sarana yang tepat bagi kalian
untuk mengetahui kebenaran. Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas
kebenarannya jika kalian memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri."
Kaumnya menunggu hingga beliau selesai dari nasihatnya yang singkat lalu
mereka tertawa terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth yang suci itu tidak
mampu mengubah pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan pikiran
yang bodoh:
"Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa
kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya
kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.'" (QS. Hud:
79)
Demikianlah tampak dengan jelas bahwa kebenaran tersembunyi
di balik pengkaburan, suatu hal yang diketahui oleh dunia semuanya.
Mereka tidak mengatakan kepadanya apa yang mereka inginkan karena dunia
mengetahuinya dan selanjutnya ia juga mengetahui, yakni isyarat yang
buruk pada perbuatan yang buruk.
Nabi Luth As
merasakan kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah kaumnya. Dengan
marah Nabi Luth memasuki rumahnya dan menutup pintu rumahnya. Ia berdiri
mendengarkan tertawa dan celaan serta pukulan terhadap pintu rumahnya.
Sementara itu, orang-orang asing yang dijamu oleh Nabi Luth tampak duduk
dalam keadaan tenang dan terpaku. Nabi Luth merasakan keheranan dalam
dirinya ketika melihat ketenangan mereka. Dan pukulan-pukulan yang
ditujukan pada pintu semakin kencang. Mulailah kayu-kayu pintu itu
tampak rusak dan lemah, lalu Nabi Luth berteriak dalam keadaan kesal:
"Luth
berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau
kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku
lakukan).'" (QS. Hud: 80)
Nabi Luth As berharap
akan mendapatkan kekuatan sehingga dapat melindungi para tamunya. Beliau
mengharapkan seandainya terdapat benteng yang kuat yang dapat
melindunginya, yaitu benteng Allah SWT yang di dalamnya para nabi dan
kekasih-kekasih-Nya dilindungi.
Berkenaan dengan hal itu,
Rasulullah berkata saat membaca ayat tersebut: "Allah SWT menurunkan
rahmat atas Nabi Luth. Ia berlindung pada benteng yang kokoh." Ketika
penderitaan mencapai puncaknya dan Nabi Luth mengucapkan kata-katanya
yang terbang laksana burung yang putus asa, para tamunya bergerak dan
tiba-tiba bangkit. Mereka memberitahunya bahwa ia benar-benar akan
terlindung di bawah benteng yang kuat:
"Para utusan (malaikat)
berkata: 'Hai Luth sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu,
sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu." (QS. Hud: 81)
Jangan
berkeluh kesah wahai Luth dan jangan takut. Kami adalah para malaikat,
dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu. Tiba-tiba pintu terbelah.
Jibril bangkit dan ia menunjuk dengan tangannya secara cepat sehingga
kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka tampak serampangan di dalam
dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka mengira bahwa mereka
memasukinya. Jibril as menghilangkan mata mereka.
Allah SWT berfirman:
"Dan
sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya
(kepada mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku
dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka
ditimpa azab yang kekal." (QS. al-Qamar: 37-38)
Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth As
dan memerintahkan kepadanya untuk membawa keluarganya di tengah malam
dan keluar. Mereka mendengar suara yang sangat mengerikan dan akan
menggoncangkan gunung. Siksa apa ini? Ini adalah siksa dari bentuk yang
aneh. Para malaikat memberitahunya bahwa istrinya termasuk orang-orang
yang menentangnya. Istrinya adalah seorang kafir seperti mereka,
sehingga jika turun azab kepada mereka, maka ia pun akan menerimanya.
Keluarlah
wahai Luth karena keputusan Tuhanmu telah ditetapkan. Nabi Luth
bertanya kepada malaikat: "Apakah sekarang akan turun azab kepada
mereka?" Para malaikat memberitahunya bahwa mereka akan terkena azab
pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat?
Allah berfirman SWT:
"Pergilah
dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan
janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali
istrimu Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena
sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka adalah di waktu subuh;
bukankah subuh itu sudah dekat?" (QS. Hud: 81)
Nabi Luth As
keluar bersama anak-anak perempuannya dan istrinya. Mereka keluar di
waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian datanglah perintah Allah
SWT:
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum
Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka
dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi
tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang
lalim. " (QS. Hud: 82-83)
Para ulama berkata: "Jibril
menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh kota mereka. Jibril mengangkat
semuanya ke langit sehingga para malaikat mendengar suara ayam-ayam
mereka dan gonggongan anjing mereka. Jibril membalikkan tujuh kota itu
dan menumpahkannya ke bumi. Saat terjadi kehancuran, langit menghujani
mereka dengan batu-batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu yang keras
dan kuat yang datang silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani
mereka sehingga kaum Nabi Luth musnah semuanya. Tiada seorang pun di
sana. Semua kota-kota hancur dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air
dari bumi. Hancurlah kaum Nabi Luth dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi
Luth mendengar suara-suara yang mengerikan. Istrinya melihat sumber
suara dan dia pun musnah."
Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth:
"Lalu
Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth
itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari
orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu
suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yangpedih. " (QS.
adz-Dzariyat: 35-37)
"Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak dijalan yang masih tetap (dilalui manusia)." (QS. al-Hijr: 76)
"Dan
sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui
(behas-bekas) mereka di waktu pagi, dan diwaktu malam. Maka apakah kamu
tidak memikirkannya." (QS. ash-Shaffat: 137-138)
Yakni ia adalah
bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama berkata: "Bahwa
kota-kota yang tujuh menjadi danau yang aneh di mana airnya asin dan
deras airnya lebih besar dari derasnya air laut yang asin. Dan di dalam
danau ini terdapat batu-batu tarnbang yang mencair. Ini mengisyaratkan
bahwa batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth menyerupai
butiran-butiran api yang menyala. Ada yang mengatakan bahwa danau yang
sekarang bernama al-Bahrul Mayit yang terletak di Palestina adalah
kota-kota kaum Nabi Luth."
Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth dari
bumi. Akhirnya, Nabi Luth menemui Nabi Ibrahim. Beliau menceritakan
berita tentang kaumnya. Beliau heran ketika mendengar bahwa Nabi Ibrahim
juga mengetahuinya. Nabi Luth As terus melanjutkan misi dakwahnya di jalan Allah SWT seperti Nabi Ibrahim. Mereka berdua tetap menyebarkan Islam di muka bumi.