Banyak orang meyakini keberadaan menara Babel yang dibangun Raja Nimrod
untuk menentang Tuhan agar menurunkan bencana banjir kedua, tapi
peninggalan bangunan itu tidak pernah ditemukan. Yang bisa kita
bayangkan ‘Seberapa besar bencana banjir zaman nabi Nuh, sehingga Raja Nimrod membangun tempat berlindung yang melebihi ketinggian awan?’
Ilmuwan dan arkeologi seperti Robert Bauval,
tidak begitu saja mempercayai mitos bangunan kuno ini. Sumber apapun
itu, alkitab, artifak, cerita rakyat, dan legenda, tidak dengan jelas
mengatakan bahwa Menara Babel sesuatu yang nyata. Karena sejarah
meninggalkan tulisan-tulisan yang sulit dimengerti, penuh dengan teka
teki. Sejarah mencatat bahwa sejak banjir besar zaman kuno, peradaban
kembali ke awal dimana teknologi terdahulu musnah begitu saja.
Mungkinkah mereka membangun bangunan kokoh setinggi itu? Artikel Cutpen
hari ini, akan saya berikan cerita Misteri Menara Babel menurut
pandangan Robert Graves dan Robert Bauval.
Korelasi Orion, Kunci Misteri Menara Babel
Teori Korelasi Orion (The Orion Correlation Theory disingkat OCT) menyatakan bahwa tiga Piramida Mesir di Giza
(dan bangunan-bangunan kuno yang tidak diketahui) berada di wilayah
yang ‘astronomis’ selaras dengan konstelasi bintang Orion, piramida
Khufu, Khafre dan Menkaure yang khusus disesuaikan dengan bintang
Al-Nitak, Al-Nilam dan Mintaka yang membentuk ‘Sabuk Orion’.
Teori ini pertama kali diasumsikan oleh Robert Bauval, seorang penulis buku ‘The Orion Mystery’ tahun 1994. Bauval secara kebetulan menemukan hubungan antara bintang-bintang di sabuk Orion dan rencana dasar Piramida Giza melalui observasi sederhana. Dia menyadari bahwa Piramida Besar Khufu dan piramida Khafre selaras (hampir) persis berada di diagonal selatan-barat, piramida yang lebih kecil (Menkaure) berada agak offset ke kiri.
Bangsa Mesir
sangat tepat dalam desain dan pembangunan, dataran tinggi Giza dengan
bangunan kuno yang berukuran matematis merupakan sebuah contoh fakta
yang tak terbantahkan. Jadi, mengapa piramida Menkaure ‘melanggar
simetri’ dari garis dan posisi piramida itu?
Ilustrasi pembangunan Menara Babel / Credit: En.Wikipedia |
Kebanyakan
peneliti melihat foto bangunan di Giza dan membuat pengamatan yang
sama, tiga piramida ini merupakan set tersendiri (utara-selatan) dan
semua orang melihat diagonal mengarah ke barat disepanjang kedua
piramida besar. Konstelasi Orion diidentifikasi bangsa Mesir kuno
sebagai dewa Osiris, dewa dunia bawah yang menghakimi orang mati, dan
dewa yang paling banyak dipuja di Mesir. Teks-teks Piramida, prasasti
yang terkubur diduga berada di sekitar dinasti ke-5 dan ke-6. Catatan
ini mengatakan tentang Osiris dan peristiwa seputar kematian dan
kelahiran kembali, sehingga menjadi bukti bahwa piramida Giza
diperkirakan telah dibangun di dinasti ke-4. Konstelasi Orion atau
Osiris disusun dalam posisi yang hampir sama seperti halnya piramida
Giza.
Bintang Al-Nitak dan Al-Nilam dapat membentuk garis diagonal melalui pusat mereka yang menghubungkan dua bintang, bintang yang lebih kecil (Mintaka) sedikit offset. Sama seperti tiga piramida di Mesir (Khufu, Khafre, Menkaure).
Menara Babel Di Salah Satu Piramida Giza
Tradisi mistis Menara Babel didasarkan pada praktek struktur kuno bangunan di bumi dan rasi bintang sebagai gambaran surga, Menara Babel erat kaitannya dengan tiga piramida di Giza. Menara Babel pertama kali tertulis dalam kitab Genesis
yang muncul setelah kisah banjir besar. Dalam bab sepuluh mengatakan
tentang keturunan Nuh, beberapa kegiatan mereka dan migrasi yang di
dokumentasikan. Kemudian bab berikutnya mengatakan;
Sekarang seluruh dunia memiliki satu bahasa umum. Sebagai manusia yang pindah ke timur, mereka menemukan dataran di Shinar dan menetap di sana. Mereka berkata satu sama lain “Ayo, mari kita membuat batu bata dan memanggangnya secara menyeluruh.” Mereka menggunakan batu bata, bukan batu, dan tar untuk mortir. Kemudian mereka berkata “Marilah kita dirikan sebuah kota untuk kita, dengan menara yang puncaknya sampai ke langit, sehingga kita dapat membuat nama untuk diri kita sendiri dan tidak diceraiberaikan di atas permukaan seluruh bumi.”
Yang dimaksudkan disini adalah Menara Babel yang terletak di kerajaan kuno Shinar (Babilonia)
dan dipandang oleh para teolog Kristen sesuatu yang paling alegoris
sebagai peringatan terhadap bahaya. Hal ini digambarkan sebagai ‘menara
yang puncaknya sampai ke langit’ dan digambarkan sebagai sebuah
konstruksi yang monumental, suatu usaha dari seluruh umat manusia.
Robert Bauval menganggap bahwa menara Babel
bukan menjulang ke atas dengan puncaknya berada di awan, mungkin hanya
dirancang untuk menggambarkan angkasa, sehingga surga seperti berada di
bumi. Dan kisah asli mungkin telah rusak melalui cerita berturut-turut
yang yang dicatat oleh penulis kitab Genesis.
Informasi
dibanyak Alkitab dapat memberikan petunjuk tentang menara Babel. Namun,
memang ada mitos tambahan sekitar Menara Babel yang telah tercatat di
luar sumber Alkitab. Dalam Mitos buku Ibrani,
Robert Graves mencatat beberapa tradisi, suatu keyakinan umum bahwa
seorang penguasa awal yang bernama Nimrod mendirikan Menara Babel.
Nimrod menurut kitab Genesis, adalah keturunan Kush, cucu Nuh.
Alkitab mencatat bahwa ia seorang prajurit perkasa dan Kerajaan Pertama
dimuka bumi (setelah banjir besar) seperti Babilonia, Erech, Akkad dan Calneh, semuanya berpusat di Shinar. Nimrod juga tercatat membangun Niniwe (Nineveh), salah satu yang paling terkenal dalam Alkitabiah.
Nimrod dan pengikutnya membangun Menara Babel dalam melawan Allah berkata “Aku akan membalas dendam pada Nya yang telah menenggelamkan nenek moyangku. Seharusnya Dia mengirim banjir yang lain, dan aku akan naik ke menara bahkan di atas Ararat, dan membuat diriku aman.”
Mahkota Batu Berkilau Diatas Menara Babel
Terlihat bahwa tujuan Nimrod
ada dua, karena Allah yang telah membunuh nenek moyangnya, dan
membangun sebuah bangunan yang akan menjaga dia dalam menghadapi bencana
belum lain. Jadi Nimrod membangun menara Babel, tapi apakah yang
terlihat seperti menara yang menjulang mencapai awan? Graves mencatat
sumber lain yang menyatakan keberadaan Menara:
“Yang lain mengatakan bahwa Nimrod, pemburu terkenal yang melayani Allah, membangun Menara, tetapi itu bukan dasar yang pertama. Setelah memenangkan kekuasaan atas keturunan (semua) Nuh, Nimrod membangun sebuah benteng di atas batu bulat, menetapkan tahta besar dengan kayu Cedar diatasnya. Untuk mendukung tahta besar kedua dia membuatnya dari besi, kemudian pada gilirannya didukung singgasana tembaga yang besar, singgasana perak di atas tembaga, dan terakhir menggantinya dengan singgasana emas di atas perak. Di puncak piramida ini, Raja Nimrod menempatkan permata raksasa dimana Nimrod dituntut melakukan penghormatan universal.”
Jika kita menggunakan pernyataan diatas sebagai dasar untuk menjelaskan ‘kemungkinan’ mitos Menara Babel,
mungkin awalnya dipahami sebagai sebuah struktur piramida yang terdiri
dari banyak (mungkin lima) tingkatan atau langkah yang terhenti di atas
batu bulat dan dimahkotai (di puncaknya) oleh batu yang sangat besar
atau permata. Ini mengingatkan gambaran Piramida Besar di Giza yang
didirikan di atas gundukan gurun yang bulat. Menurut Mesir Kuno,
piramida besar pernah dimahkotai dengan batu cemerlang dan berkilauan.
Ziggurat, Diduga Menara Babel
Ada
bangunan lain yang dipandang sebagai kandidat yang paling mungkin
menjadi Menara Babel, Etemenanki. Menara ini digambarkan sebagai
Ziggurat yang digambarkan pada periode paling awal, memiliki lima cerita
(meskipun kemudian digambarkan memiliki tujuh cerita) dan dimahkotai
dengan sebuah kuil dewa Marduk di puncaknya. Herodotus menggambarkannya
sebagai berikut:
Di tengah-tengah
tempat kudus (Zeus) telah dibangun sebuah menara yang solid, panjang dan
lebar yang sama, mendukung menara yang pada akhirnya mendukung yang
lain (semuanya ada delapan menara). Sebuah tangga dibangun untuk jalan
keluar dari semua menara, setengah perjalanan (melalui tangga) ada
tempat berlindung dengan bangku-bangku peristirahatan, di mana orang
yang mendaki bisa duduk dan menarik napas mereka.
Asumsi umum, bahwa mitos Menara Babel
didasarkan pada menara Babilonia, Etemenanki. Mungkin cerita ini
‘terambil’ dalam transmisi mitos yang mendahului komposisi kitab
Genesis. Perjanjian Lama menjelaskan, bahwa Menara Babel mencerminkan
surga sedemikian rupa sehingga membawa ‘angkasa’ turun ke bumi.
Menurut
mitologi Mesopotamia, Marduk mendirikan kuil Esagil setelah mengalahkan
Naga Tiamat, yang merupakan perwujudan kekacauan dan gangguan waktu
itu. Dia membuat model kuil setelah masa Apsu (perairan yang menyedihkan
di zaman kuno) dan juga terdiri dari langit. Enuma Elish (kisah
terbentuknya Mesopotamia) mencatat pembangunan Esagila dengan cara
berikut;
[Marduk] meratakan Apsu, tempat tinggal Nudimmud. Kemudian Tuhan mengukur dimensi Apsu dan kuil besar (Eshgalla) yang membangun Esharra. Kuil besar Esharra telah diciptakan sebagai langit, ia mendirikan pusat-pusat kultus bagi Anu, Ellil, dan Ea.
Enuma
Elish adalah contoh paling awal yang terdokumentasi dari sebuah
bangunan yang sengaja dibangun untuk menggambarkan langit. Masalahnya,
sejarah Esagil yang berdiri di Babel tidak memiliki korelasi astronomi
apapun. Kuil Esagil yang berdiri di Babel hanya untuk ‘mengingat’
bangunan asli, mempertahankan nama tapi bukan sifat fisik kuil pertama
yang disebutkan telah didirikan oleh Marduk. Dalam penciptaannya
menyiratkan fungsi kuil itu hanya sebagai observatorium.
Bintang Orion Di Seluruh Mitologi Dunia
Bintang
Orion jelas dengan latar belakang langit malam, salah satu rasi bintang
yang paling mudah dikenali dan berperan dalam hampir setiap sistem
mitologi di seluruh dunia. Di Australia konstelasi Orion disebut sebagai
rumah Dewa ular. Mitologi Maya kuno, tiga bintang dari Orion mewakili
batu perapian suci dalam suku Maya dan Masyarakat Hinged. Di Yunani,
konstelasi Orion dibayangkan sebagai pemburu raksasa yang dibunuh oleh
Artemis. Di Mesir kuno, Orion dikaitkan dengan dewa Osiris yang besar,
hampir semua literatur agama Mesir masih ada.
Etimologi dari nama ‘Osiris’ tetap menjadi misteri bagi Mesir Kuno.
Ada banyak teori, tetapi tidak ada kesepakatan universal. Representasi
hieroglif paling awal menyatakan sebuah takhta di atas mata, secara
fonetis disebut ASAR di Mesir kuno. Cerita ‘Osiris’ Yunani kemudian
terikut didalamnya. Nama ASAR sangat dekat dengan kata ASARI yang
merupakan salah satu nama Marduk. E.A.Wallis Budge dalam bukunya ‘From Fetish to God in Ancient Egypt’ jelas menyatakan tentang hal ini.
Dokumentasi
Bizantium abad ketujuh berjudul “Chronicon Paschale” mencatat bahwa
Persia menyebut konstelasi Orion sebagai ‘Nimrod’. Dari sini terlihat
bahwa menara yang dibangun Nimrod memiliki konstelasi Orion, dan mungkin
saja tiga piramida di Giza sebenarnya adalah Menara babel.