1. SEJARAH SINGKAT
Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat
dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun
1934 hingga saat ini.
2. JENIS TANAMAN
Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
1) Divisio : Spermatophyta
2) Subdivisio : Angiospermae
3) Klas : Dicotyledonae
4) Ordo : Rosales
5) Famili : Rosaceae
6) Genus : Malus
7) Spesies : Malus sylvestris Mill
Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas
yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas
apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble
dan Wangli/Lali jiwo.
3. MANFAAT TANAMAN
Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran
tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan
Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan
sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini.
Selain itu daerah lain yang
banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi),
Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra
penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan
110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan
dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan
menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.
2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
3) Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.
5.2. Media Tanam
1) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam,
mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan
gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga
pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya
optimal.
2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.
3) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7
dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
4) Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.
5) Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman,
sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih
layak ditanami.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif.
Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif,
sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan
bibit yang menyimpang dari induknya. Teknik perbanyakan generatif
dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan
okulasi atau penempelan (budding), sambungan
(grafting) dan stek.
1) Persyaratan Benih
Syarat batang bawah : merupakan apel liar, perakaran luas dan kuat,
bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat
mata tunas adalah berasal dari batang tanaman apel yang sehat dan
memilki sifat-sifat unggul.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah sebagai beriku t:
a) Anakan / siwilan
1. Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit batang kecoklatan.
2. Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan
cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya
secara berlahan-lahan dan hati-hati.
3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong,
lalu ditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.
b) Rundukan (layering)
1. Bibit hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:
- Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak panjang direbahkan
melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah;
penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat
dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.
- Perundukan tempelan batang bawah: dilakukan pada waktu tempelan dibuka
(2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang bawah,
sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan dalam tanah
kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit kayu atau
bambu.
2. Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal
bibit dengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau
tekukan. Bekas luka diolesi defolatan.
c) Stek
Stek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus),
sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan Roton F untuk
merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan
ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter
batang ± 1
cm dan perakaran cukup cukup kuat.
3) Teknik Pembiitan
a) Penempelan
1. Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan,
diameter batang ± 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.
2. Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari
pohon apel varietas unggul yang telah terbukti keunggulannya. Caranya
adalah dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm
(Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan
hati-hati agar matanya tidak rusak
3. Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20
cm dari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata
tempel. Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.
4. Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel
dengan baik. Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian
tempelan.
5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompres
dengan ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna
hijau segar dan melekat.
6. Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi
dengan posisi milintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian
penampang.
Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.
b) Penyambungan
1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).
2. Batang bawah dipotong pada ketinggian ± 20 cm dari leher akar.
3. Potong pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang 2-5 cm.
4. Cabang entres dippotong sepanjang ± 15 cm (± 3 mata), daunnya
dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan
sama dengan panjang belahan batang bawah.
5. Batang atas disisipkan ke belahan batang bawah, sehingga kambium keduanya bisa bertemu.
6. Ikat sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.
7. Kerudungi setiap sambungan dengan kantung plastik. Setelah berumur
2-3 minggu, kerudung plastik dapat dibuka untuk melihat keberhasilan
sambungan.
4) Pemeliharaan pembibitan
Pemeliharaan batang bawah meliputi
a) Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP
masing-masing 5 gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di
sekitar tanaman.
b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.
c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)
d) Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap
bulan dengan memperhatikan gejala serangan. Fungisida yang digunakan
adalah Antracol atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide
atau Decis.
Bersama dengan ini dapat pula diberikan pupuk daun, ditambah perekat Agristic.
5) Pemindahan Bibit
Bibit okulasi grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke
lapang pada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga
tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan
pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan
tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan
paralatan dan biaya yang diperlukan.
2) Pembukaan Lahan
Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal.
3) Pembentukan Bedengan
Pada tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alu penanaman.
4) Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.
5) Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak
20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu
dibiarkan selama 2 minggu.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping.
Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup
tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah
melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat
dilakukan dengan tanaman yang berhabitat
rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel tidak dapat
ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun
yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi
udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan
penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas.
Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m,
sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu
2-3 x 2.5-3 m.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah
atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang
sekurangkurangnya 20 kg. Setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu,
dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.
3. Cara Penanaman
Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.
Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:
a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.
b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.
c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah tanah galian lubang.
d. Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan
dengan tangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin,
bibit dapat ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan penyulaman
Penjarangan tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada
tanaman yang mati atau dimatikan kerena tidak menghasilkan dengan cara
menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya
dilakukan pada musim penghujan.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak
gulma yang dianggap dapat mengganggu tanaman. Pada kebun yang ditanami
apel dengan jarak tanam yang rapat (± 3×3 m), peniangan hampir tidak
perlu dilakukan karena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga
rumput-rumput tidak dapat tumbuh.
3) Pembubunan
Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan
dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak
tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya
dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.
4) Perempalan/Pemangkasan
Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80
cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas
dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur,
cabang yang berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan
pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan
dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yang diinginkan(4-5
tahun).
5) Pemupukan
a) Pada musim hujan/tanah sawah
1. Bersamaan rompes daun (
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Kutu hijau (Aphis pomi Geer)
Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang
tubuh 1,8 mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7
mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas
dalam 3-4 hari. Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan
mengisap cairan selsel
daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas
muda, tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu menghasilkan embun madu
yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam
(embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat
berbunga, buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek.
Pengendalian: (1) sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan
terlalu rapat); (2) dengan musuh alami coccinellidae lycosa; (3) dengan
penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air atau
1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan
interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a.
Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam
600 liter/h air dengan interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor
ini dapat mematikan sampai telur-telurnya; cara penyemprotan dari atas
ke bawah. Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan
dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah
bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.
2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)
Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm. Gejala: (1) tungau
menyerang daun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan
hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada
buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat. Pengendalian: (1)
dengan musah alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida
Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC
dalam 500 liter air per hektar dengan interval 2 minggu.
3) Trips
Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih
kekuningkuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak
cepat dan bila tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1)
menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada
daun terlihat berbintikbintik
putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal;
(3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan
bekas luka berwarna coklat abu-abu. Pengendalian: (1) secara mekanis
dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk
tanaman tidk
terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP
(b.a. Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a.
Fention) dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas,
berbunga, dan pembentukan buah.
4) Ulat daun (Spodoptera litura)
Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari
abdomen sampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk
lingkaran atau setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok
dan ditutupi dengan rambut halus berwarna coklat muda. Gejala: menyerang
daun, mengakibatkan lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang
daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada
daun; (2) penyemprotan dengan penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a
Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos).
5) Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)
Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang
HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga
berukuran kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang
serangga dewasa 6-8mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang
menyerupai jarum. Gejala : menyerang pada pagi, sore atau pada saat
keadaan berawan; menyerang daun muda, tunas dan buah buah dengan cara
menhisap cairan sel; daun yang terserang menjadi coklat dan
perkembanganya tidak simetris; tunas yang terserang menjadi coklat,
kering dan akhirnya mati; serangan pada buah
menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buah
membesar, bagian bercak ini pecah yang menyebebkan kualitas buah
menurun. Pengendalian : (1) secara mekanis dengan cara pengerondongan
atap plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dengan insektisida
seperti
Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukan pada sore atau pagi hari.
6) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)
Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang
mengarah kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul
yang merupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman.
Disepanjang kedua sisi tubuh terdapat rambut berwarna ab-abu. Panjang
larva 50 mm. Gejala : menyerang daun tua dan muda; tanaman yang
terserang tinggal tulang daundaunnya dengan kerusakan 30%; pada siang
hari larva bersembunyi di balik daun. Pengendalian: (1) secara mekanis
dengan membuang telur-telur yang biasanya diletakkan pada daun; (2)
penyemprotan insektisida seperti : Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos)
dan Matador 25 EC.
7) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)
Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat
segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan
meletakkan telur pada buah. Gejala: bentuk buah menjadi jelek, terlihat
benjol-benjol. Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti
Lebacyd 550 EC; (2) membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan
Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi
insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol
plastik (bekas air mineral) yang digantungkan ketinggian 2 meter. Karena
aroma yang mirip bau-bau yang dikeluarkan betina, maka jantan tertarik
dan menhisap kapas.
7.2. Penyakit
1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)
Penyebab : Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah
oidium Sp. Gejala: (1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal,
kerdil dan tidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil
coklat. Pengendalian: (1) memotong tunas atau bagian yang sakit dan
dibakar; (2) dengan menyemprotka fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10
liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air
(pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas
berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.
2) Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)
Gejala : pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak
putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam,
dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur.
Pengendalian: (1) jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang
dibuang dan dibakar; (2) disemprot
fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak
10 hari setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi
atau Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak
umur 4 hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.
3) Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)
Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman yang sakit.
4) Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)
Gejala : menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman,
terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat
muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat. Pengendalian :
(1) tidak memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun;
(3) membuang bagian yang sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu
diolesi fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10 liter air atau Copper sandoz;
(5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter
air.
5) Busuk buah (Gloeosporium Sp.)
Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi
orange. Pengendalian : tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan
dengan Benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada
penyimpanan.
6) Busuk akar (Armilliaria Melea)
Gejala : menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai
dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk. Pengendalian: dengan
eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta
akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga
mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik
pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen
pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari.
Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih
panjang. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai
tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai
kemampuan untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak
fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai
terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres.
8.2. Cara Panen
Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara serempak untuk setiap kebun.
8.3. Periode Panen
Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.
8.4. Prakiraan Produksi
Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak
terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga
didapatkan apel yang tinggi kualitas dan kuantitasnya. Pengumpulan
dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu
dibawa dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas
penyakit dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak
tertular keseluruh buah yang dipanen yang dapat menurunkan mutu produk.
Penggolongan dilakukan untuk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis
varietas, ukuran dan kualitas buah.
9.3. Penyimpanan
Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan
lain, misal Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14
hari (umur petik 127- 141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7
bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dengan precooling
2,2 derajat C.
9.4. Pengemasan dan Transportasi
Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm
dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi
potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak).
Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup ruang
antar buah.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya apel skala 1 hektar selama masa tanam 6 tahun di daerah Jawa Timur tahun 1999.
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan 10 tahun @ Rp. 1.000.000,- Rp. 10.000.000,-
2. Bibit 400 tanaman @ Rp. 3.500,- Rp. 1.400.000,-
3. Pupuk kandang
- Tahun ke-1, 67 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.005.000,-
- Tahun ke-2, 83 m3 Rp. 1.245.000,-
- Tahun ke-3, 100 m3 Rp. 1.500.000,-
- Tahun ke-4, 125 m3 Rp. 1.875.000,-
- Tahun ke-5, 150 m3 Rp. 2.250.000,-
- Tahun ke-6, 175 m3 Rp. 2.625.000,-
4. Pupuk Urea
- Tahun ke-1, 80 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 112.800,-
- Tahun ke-2, 100 kg Rp. 141.000,-
- Tahun ke-3, 145 kg Rp. 204.450,-
- Tahun ke-4, 152 kg Rp. 214.320,-
- Tahun ke-5, 222 kg Rp. 313.020,-
- Tahun ke-6, 333 kg Rp. 469.530,-
5. Pupuk SP 36
- Tahun ke-1, 65 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 133.575,-
- Tahun ke-2, 85 kg Rp. 174.675,-
- Tahun ke-3, 100 kg Rp. 205.500,-
- Tahun ke-4, 100 kg Rp. 205.500,-
- Tahun ke-5, 111 kg Rp. 228.105,-
- Tahun ke-6, 166 kg Rp. 341.130,-
6. Pupuk KCl
- Tahun ke-1, 26 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 66.300,-
- Tahun ke-2, 50 kg Rp. 127.500,-
- Tahun ke-3, 73 kg Rp. 186.150,-
- Tahun ke-4, 152 kg Rp. 387.600,-
- Tahun ke-5, 333 kg Rp. 849.150,-
- Tahun ke-6, 500 kg Rp. 1.275.000,-
7. Pupuk daun
- Tahun ke-1, 3 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 162.000,-
- Tahun ke-2, 6 liter Rp. 324.000,-
- Tahun ke-3, 8 liter Rp. 432.000,-
- Tahun ke-4, 10 liter Rp. 540.000,-
- Tahun ke-5, 10 liter Rp. 540.000,-
- Tahun ke-6, 10 liter Rp. 540.000,-
8. Obat dan Pestisida (Antracol, Karathane,Nimrod, Dimecron, dll)
- Tahun ke-1 Rp. 3.000.000,-
- Tahun ke-2 Rp. 4.400.000,-
- Tahun ke-3 Rp. 4.840.000,-
- Tahun ke-4 Rp. 5.668.000,-
- Tahun ke-5 Rp. 8.400.000,-
- Tahun ke-6 Rp. 11.104.000,-
9. Peralatan
- Cangkul 20 buah @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-
- Sprayer 3 buah @ Rp. 300.000,- Rp. 900.000,-
- Gunting Pangkas 5 buah @ Rp. 50.000,- Rp. 250.000,-
10. Tenaga kerja
- Tenaga tetap 1 orang Rp. 960.000,- Rp. 5.760.000,-
- Pengolahan lahan tahun ke-1 15 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 75.000,-
- Pengolahan lahan tahun ke-2-6, 40 HOK @ Rp. 200.000,- Rp. 1.000.000,-
- Buat lubang tanam 70 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 350.000,-
- Penanaman 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Penyiangan 20 HOK/thn @ Rp. 100.000,- Rp. 600.000,-
- Pemupukan
- Tahun ke-1 dan ke-2, 30 HOK @ Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-
- Tahun ke-3 40 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 200.000,-
- Tahun ke-4, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Tahun ke 5, 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-
- Tahun ke-6, 75 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 375.000,-
- Pengendalian HPT
- Tahun ke-1, 24 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 120.000,-
- Tahun ke-2, 36 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 180.000,-
- Tahun ke-3, 48 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 240.000,-
- Penyemprotan Hama
- Tahun Ke-1, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Tahun ke-2, 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-
- Tahun ke-3, 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-
- Penyemprotan penyakit
- Tahun ke-1, 20 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 100.000,-
- Tahun ke-2, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Tahun ke-3, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Penyabutan batang
- Tahun ke-2, 16 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 80.000,-
- Tahun ke-3, 20 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 100.000,-
- Tahun ke-4, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Tahun ke-5, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Tahun ke-6, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Pengairan
- Tahun ke-1, 2, 3: 30 HOK/tahun @ Rp. 150.000,- Rp. 450.000,-
- Tahun ke-4, 5, 6: 40 HOK @ Rp. 200.000,- Rp. 600.000,-
- Pemangkasan
- Tahun ke-2, 22 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 110.000,-
- Tahun ke-3, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Tahun ke-4, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Tahun ke-5, 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-
- Tahun ke-6, 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-
Jumlah biaya produksi selama 6 tahun Rp. 83.125.305,-
2) Pendapatan (mulai produksi tahun ke-3)
1. Tahun ke-3: 2.900 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 14.500.000,-
2. Tahun ke-4: 3.825 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 19.125.000,-
3. Tahun ke-5: 4.990 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 24.950.000,-
4. Tahun ke-6: 6.760 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 33.800.000,-
Total pendapatan Rp. 92.375.000,-
3) Keuntungan dalam 6 tahun Rp. 9.249.695,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. B/C ratio = 1,1
Menurut analisis Pudji Santoso dkk (1988) dalam Bambang Sularso
menunjukan bahwa BEP usaha tani apel pada tanah sawah Rp. 33.916.000 dan
untuk tanah tegal Rp. 45.034.000 dapat dicapai pada skala minimum
seluas 0,164 ha (sawah) dan 0,39 ha (tegal). Hal ini berarti bahwa bila
petani menanam apel lebih dari skala minimum tersebut, petani telah
mendapatkan keuntungan.
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Dari segi agribisnis, apel tergolong tanaman yang sangat komersial. Hal ini didukung oleh beberapa alasan yaitu:
1) Iklim: Apel merupakan tanaman yang selektif. Artinya apel merupakan
tanaman yang hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada
daerah-daerah tertentu yang iklimnya menunjang. Di dunia tanaman apel
banyak diproduksi oleh negara-negara empat musim, sedangkan didaerah
tropis hanya beberapa daerah yang berhasil misalnya Malang.
2) Pasar apel Indonesia; selama ini pasar apel Indonesia dipenuhi
melalui impor dari negara-negara Eropa dan Australia. Sejak bekembangnya
apel di Indonesia pasar ini sedikit demi sedikit diambil alih oleh
produksi dalam negeri. Hal ini dapat dilihat data BPS yang menunjukkan
peningkatan produksi apel nasional 7.303.372 ton (1984) menjadi
9.046.276 ton (1988) atau meningkat 17,5%. Target akhir adalah pemenuhan
konsumsi nasional dan ekspor.
3) Faktor lain; yaitu pengembangan apel sebagai komoditi agrowisata dan
pengembangan makanan olahan dari apel seperti jenang apel dan jelli
apel.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
11.2.Diskripsi
…
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Standar mutu yang selama ini berlaku:
a) Grade A = 15,9% (31-4 buah/kg)
b) Grade B = 45,2% (5-7 buah/kg)
c) Grade C = 29,6% (8-10 buah/kg)
d) Grade D = 7,0% (11-15 buah/kg)
11.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah
ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian
atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified
random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang
berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan
badan hukum.
11.5.Pengemasan
Buah apel dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat
bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang
bertuliskan antara lain : nama barang, golongan ukuran, jenis mutu,
nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil
Indonesia, daerah asal.