Proyek penelitian Higgs Boson atau Partikel Tuhan dalam eksperimen Large
Hadron Collider (LHC) Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir (CERN),
ramai jadi perbincangan. Inilah kisah anak muda Indonesia yang terlibat
dalam proyek tersebut.
Haryo Sumowidagdo yang empat tahun silam menyelesaikan studi doktoralnya
di Florida State University, terlibat dalam proyek ini. Untuk studi
tingkat pertama dan master diselesaikan di Departemen Fisika,
Universitas Indonesia pada tahun 1999 dan 2001.
Dalam perbincangan melalui email, Haryo menyampaikan rasa bangganya
menjadi bagian dari proyek yang memang sudah ditunggu-tunggu sejak lama
oleh para ilmuan itu. "Ini memang bukan pencapaian individu, melainkan
pencapaian bersama dari banyak sekali (ribuan) fisikawan dari seluruh
dunia," ujarnya kepada Plasadana.
Perburuan Partikel Tuhan ini di CERN dilakukan lewat dua eksperimen,
yaitu Compact Muon Solenoid (CMS) dan A Toroidal LHC Apparatus (ATLAS).
Masing-masing bekerja secara independen, dengan tujuan mencapai
kesempurnaan penelitian. Haryo terlibat dalam eksperimen CMS, dengan
tugas pengoperasian dan pemeliharaan detektor muon (salah satu partikel
penyusun materi).
Haryo yang memang sudah mengenal Higgs Boson sejak 1994 - lulus SMA -
itu, bekerja sebagai peneliti pasca doktoral di Amerika Serikat.
Kebetulan ditempatkan di CERN dan menjadi anggota eksperimen CMS.
"Saya tidak membayangkan bahwa suatu saat akan terlibat dalam penelitian
ini," ujar anak ketiga dari lima bersaudara ini. "Semuanya datang
secara natural saja."
Tentu proyek penelitian besar bukan barang baru bagi Haryo. "Saya
pertama kali terlibat dalam sebuah proyek besar seperti ketika
menyelesaikan program doktor di Amerika Serikat. Sehingga, ketika
kemudian transisi ke proyek penelitian yang sekarang tidak ada lagi
kejutan budaya (culture shock)."
Sejatinya, dunia penelitian hanyalah sesuatu yang disukai Haryo, bukan
diharapkan untuk masa depannya. Justru yang dicita-citakan oleh anak
pegawai negeri ini adalah menjadi petani dan membangun pertanian besar
dan modern.
Bagi Haryo yang belum punya rencana kembali ke Indonesia, jelas temuan
ini memberikan makna besar bagi dirinya sendiri. Dia mengibaratkannya
seperti ini: "Saya menjadi bagian dari sejarah". Mirip dengan perasaan
mahasiswa dan kaum muda yang dulu turun ke jalan tahun 1998 dan menjadi
bagian dari perubahan tahun yang membuat penguasa Orde Baru itu turun
dari takhta Presiden.
"Saya masih akan terlibat untuk cukup lama dalam proyek ini dan tentunya
berharap bisa terus untuk periode yang lama," ujarnya. Tapi mahasiswa
aktifis 1998 tidak banyak yang terlibat dalam ”proyek demokrasinya".
Itulah Haryo yang tak ingin banyak-banyak bercerita tentang keluarganya.
Kecuali, yaitu menghabiskan sekolah dasar hingga perguruan tinggi
tingkat masternya di sekolah negeri. "Termasuk di Universitas Indonesia
melalui jalur undangan," tutunya.
Bahkan sekolah doktoral di Amerika pun dilakoni melalui bea siswa. "Saya
memilih spesialisasi fisika partikel eksperimen," ujarnya.
sumber:forumviva