"Mereka baru menemukan satu korban yang bisa diidentifikasi. Korban tersebut berjenis kelamin laki-laki. Dia adalah WNI (Warga Negara Indonesia)," jelas Kepala Rumah Sakit Polri Dr. Soekanto, Brigjen Pol Agus Prayitno di kantornya, kemarin.
Agus menuturkan, korban tersebut bisa cepat teridentifikasi karena yang bersangkutan memiliki data base dental yang bagus. Data base dental tersebut diperoleh dari pihak keluarga korban. "Karena data base-nya bagus, jadi mudah dikenali," kata dia.
Direktur Eksekutif DVI Polri Kombes Pol dr. Anton Castilani menambahkan, identitas korban dikenali melalui rontgen gigi panoramic dari rahang. Namun, hampir separo data dental yang dikumpulkan dari pihak keluarga, kondisinya kurang baik. "Jadi mungkin dokter giginya kurang rajin mencatat, atau korban jarang ke dokter gigi. Karena itu, data dental itu sangat penting, ya amit-amit, tapi kalau ada kejadian seperti ini, gampang ditemukan," ujarnya.
Terkait sampel gigi yang merupakan data post morthem, Anton menuturkan, hingga saat ini, pihaknya sudah mengambil 17 sampel gigi dari sejumlah potongan jenazah korban, termasuk satu sampel gigi korban yang sudah teridentifikasi. Setelah mencocokkan sampel gigi antara data ante morthem dan post morthem, akan dilakukan rekonsiliasi dengan sample DNA. Sample DNA sendiri sudah mencapai 130.
Karena itu, kata dia, meski identitas korban sudah ditemukan, jasadnya belum bisa dibawa pulang. Tim DVI Polri akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan merekonstruksi seluruh anggota tubuh korban menjadi satu kesatuan. "Setelah rekonstruksi baru diserahkan ke keluarga," ujarnya.
Soal sidik jari, pemeriksa madya Kapus Inafis Bareksrim Mabes Polri AKBP Achid Taufik menuturkan, timnya telah memperoleh 34 sidik jari dari potongan tubuh korban. Namun, jumlah tersebut tidak mewakili jumlah jenazah. Karena, banyaknya jumlah jari jemari yang tidak lengkap. Data sidik jari dari pihak keluarga juga belum semuanya terkumpul.
"Sampai saat ini data post morthem ada 34 sidik jari. Tapi dari pihak keluarga baru 20 sidik jari. Itu pun susah karena jari-jarinya tidak lengkap. Ada yang cuma kelingking saja, atau jempol saja. Karena itu, kita masih fokus pada pengambilan sidik jari, belum mengarah untuk membandingkan (data ante morthem dan post morthem)," jelasnya.
Secara keseluruhan, Anton menuturkan, sampel pembanding sudah mencapai 80 persen. Sementara sampel dari jenazah baru 25-30 persen. Karena itu, tim DVI tetap menunggu jasad korban yang masih dalam proses evakuasi. Ketika ditanya kapan proses identifikasi usai, Anton optimis dalam waktu dua pekan, semuanya bisa teridentifikasi. "Awal pekan depan ya akan kita umumkan hasilnya,"ujarnya.
Kemarin, RS Polri kembali kedatangan satu kantong jenazah. Sehingga, total ada 30 kantong jenazah yang diterima. Rinciannya, 25 kantong berisi potongan jenazah, sementara sisanya berisi properti korban. Terkait properti korban, Anton memaparkan, ada dua jenis properti yang dikumpulkan dari lokasi evakuasi. Yakni, properti yang melekat pada tubuh korban dan yang berserakan di sekitar lokasi evakuasi. "Dari lima kantong jenazah, paling banyak berisi properti yang berserakan di area crash site (lokasi kejadian kecelakaan),"imbuh dia.
Soal jenazah jurnalis Trans TV yang sudah ditemukan di lokasi evakuasi, Anton menuturkan hingga kemarin, pihaknya belum mendapat info terkait hal tersebut. "Kalau di sini, kita belum dapat info tersebut. Nanti kalau jenazahnya sudah sampai kemari, akan segera kita lakukan pemeriksaan," ujarnya. Jasad yang diduga sebagai kameramen Trans TV, Aditya Sukardi itu ditemukan Tim Evakuasi.
Jenazah ditemukan tim SAR gabungan sekitar pukul 10.30 WIB, di kedalaman 300 meter dari posisi puing pesawat. Pada jenazah tersebut masih melekat pakaian seragam bertuliskan Trans TV.
Manajer Humas Trans TV A. Hadiansyah Lubis menuturkan, saat ditemukan, pihaknya telah memastikan bahwa jenazah tersebut memang Aditya. Pihak Trans TV masih menyerahkan sepenuhnya hal itu kepada tim Evakuasi dan tim DVI Polri untuk melakukan identifikasi lebih lanjut.
Jika seluruh proses identifikasi telah tuntas dan jenazah siap diserahkan, Trans TV akan menanggung semua biaya pemakaman yang bersangkutan. "Kita yang akan mengurusi pemakaman Adit. Kalau soal santunan akan diberikan sesuai ketentuan perusahaan. Tapi jumlahnya berapa, belum bisa kita sebutkan," ujar Hadi. (jpnn/sil)